Padahal, berbagai upaya telah dilakukan.
"Saya ikut bersalah ya dua kali jadi wapres, walaupun saya dalam kondisi dua kali kabinet itu berusaha mengupayakan agar rokok dikurangi, pajaknya dinaiki ternyata tidak terlalu berhasil," kata dia dalam webinar yang diselenggarakan Indef, kemarin Rabu (9/12/2020).
Baca juga: Tips JK Selamatkan Ekonomi RI dari Resesi |
JK menjelaskan kegagalannya itu lantaran banyak juga pihak yang mendukung Industri Hasil Tembakau (IHT) tersebut, termasuk orang dalam pemerintahan.
"Jadi ini masalah yang kita harus hadapi," kata pria yang juga menjabat sebagai Ketua Umum Palang Merah Indonesia (PMI) itu.
Dia pun membeberkan perusahaan paling maju di Indonesia saat ini adalah produsen rokok, tercermin dari daftar orang paling kaya yang berasal dari pengusaha rokok.
"Kalau pengusaha rokoknya yang 1, 2, 3 yang kaya orang rokok (maka) tidak sustainable ekonomi kita karena itu maka perlu ada suatu inovasi," tambahnya.
Menurut data Ketua badan khusus pengendalian tembakau Ikatan Ahli Kesehatan Masyarakat (IAKMI), dr Widyastuti Soerojo, MSC, dalam satu dekade terakhir jumlah perokok pemula meningkat hingga 240%. Hal itu pernah disampaikannya pada 12 Februari 2020.
"Dalam satu dekade terakhir peningkatannya 240%, dari 9,6 persen tahun 2007 menjadi 23,1 persen tahun 2018. Jadi dalam 11 tahun itu peningkatannya 240 persen pada usia SD, SMP 10-14 tahun. Usia yang lebih tua 15-19 naiknya 140 persen," kata dr Widyastuti.
dr Widyastuti juga menjelaskan salah satu faktor penyebab dari tingginya angka perokok pemula adalah masifnya iklan rokok di masyarakat.
"Karena iklan yang masif, aksesnya mudah, harganya murah dan dan bisa beli batangan," ungkapnya.
Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat kontribusi rokok terhadap kemiskinan mencapai 11,17% di perkotaan dan 10,37% di pedesaan. Angka itu berdasarkan Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas) pada September 2019.
Dari survei itu rokok ternyata menjadi kontribusi terbesar kedua terhadap garis kemiskinan di Indonesia. Komponen yang pertama masih makanan yang memiliki kontribusi ke kemiskinan sebesar 20,35% di perkotaan dan 25,82% di pedesaan. (eds/eds)