3. Bakal Tersedia di Stasiun Hingga Sekolah
Alat tes COVID-19 yang bisa bikin biaya tes Corona jadi lebih terjangkau itu nantinya bisa ditemui di tempat-tempat umum seperti bandara hingga kampus dan sekolah saat sudah mengantongi izin edar. Demikian menurut Bambang yang pertama kali mengumumkan keberadaan alat tersebut.
"(Akan disediakan) Ke tempat-tempat umum yang banyak pergerakan manusia seperti bandara, stasiun KA, kantor, kampus/sekolah," katanya.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Saat ini, alat ini masih menunggu izin edar dari Kementerian Kesehatan. Rencananya alat ini akan didistribusikan ke beberapa daerah paling banyak kasus COVID-19 sebagai bakti inovasi dari Kemristekbrin.
"Kemristekbrin memasukkan GeNose sebagai salah satu alkes yang diberikan ke beberapa daerah dalam bakti inovasi," imbuhnya.
Barulah setelah itu, alat ini bisa dibagikan ke seluruh daerah di Indonesia dan ke tempat-tempat umum tadi. Kemristekbrin juga mempersilahkan pihak swasta atau perseorangan yang tertarik dengan alat itu untuk memesan dan membelinya, lalu menggunakan sesuai kebutuhan masing-masing.
"Kalau untuk keperluan instansi pemerintah bisa dengan APBN, tetapi swasta dan perorangan juga bisa membeli," katanya.
Swasta dan perorangan perlu menyiapkan dana Rp 60 juta untuk mendapatkan satu alat tes COVID-19 ini. Meski begitu, menurut Bambang harga segitu termasuk murah karena untuk 1 alat tersebut bisa digunakan sampai 100 ribu kali pemeriksaan. Jika sudah melewati batas maksimal, alat ini bisa dibetulkan dan digunakan kembali.
"Rp 60 juta untuk 100 ribu kali pemakaian, sangat murah," tegasnya.
4. Berpeluang Diekspor
Bambang membuka peluang ekspor untuk alat tes Corona buatan UGM tersebut. Sebab, selain murah, alat ini disebut lebih efektif dari rapid dan swab test. Waktu tes yang dibutuhkan cuma 3 menit dan akurasinya sudah mencapai 90% lebih.
Namun, pemerintah tentunya bakal mendahulukan kebutuhan dalam negeri dulu sebelum akhirnya mengekspor alat tersebut.
"Peluang terbuka, tapi kebutuhan Indonesia sendiri cukup besar," ujarnya.
Sayangnya, alat ini belum bisa diedarkan di masyarakat. Meski dia mengatakan alat ini siap diproduksi massal, masih ada beberapa laporan yang harus disiapkan untuk mendapatkan izin edar dari Kementerian Kesehatan (Kemenkes).
(zlf/zlf)