Beberapa CEO dari berbagai perusahaan besar di AS sepakat untuk mewajibkan karyawannya divaksin COVID-19 saat vaksin itu siap didistribusikan ke masyarakat. Sebanyak 72% dari seluruh CEO perusahaan besar yang hadir dalam Yale CEO Summit (KTT Yale) baru-baru ini mengisyaratkan keterbukaannya terhadap mandat vaksin tersebut.
Demikian menurut hasil jajak pendapat dari pertemuan puncak virtual acara tersebut oleh Yale Chief Executive Leadership Institute, dikutip dari CNN Business, Kamis (17/12/2020).
Beberapa CEO lainnya menyatakan bahwa mandat semacam itu belum dirumuskan di perusahaan mereka. Mereka ingin melihat perkembangan distribusi vaksin pada putaran awal berjalannya nanti terlebih dahulu sebelum memutuskan hal itu.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Masih terlalu dini untuk mengatakannya. Biarkan vaksin didistribusikan, lihat tingkat penerimaannya. Pada akhirnya, kita semua harus membuat keputusan terbaik untuk masing-masing perusahaan," ujar CEO American Airlines (AAL) Doug Parker saat menghadiri KTT virtual tersebut.
CEO MetLife (MET) Michel Khalaf mengatakan bahwa fokusnya sekarang adalah memastikan karyawannya memiliki akses ke vaksin.
"Di masa mendatang, kita bisa membuat keputusan apakah akan mengamanatkan atau tidak. Untuk saat ini, terlalu dini untuk mengatakan kita harus mengamanatkan vaksin," kata Khalaf.
Beberapa perusahaan lainnya mengaku enggan memaksa karyawannya melakukan vaksinasi sampai vaksin-vaksin yang beredar sepenuhnya disetujui oleh FDA. Sejauh ini tepatnya sampai Minggu lalu, baru vaksin Pfizer (PFE) yang mendapat otorisasi penggunaan darurat oleh FDA.
"Bisnis memiliki peran besar untuk membantu (pemerintah) mengatur nada tentang pentingnya vaksin. Tetapi untuk mengatakan: 'Anda akan dipecat jika Anda takut mati untuk mengambil vaksin,' itu adalah posisi yang sulit untuk diambil oleh CEO," ucap Mark Weinberger, mantan CEO EY dan direktur di MetLife dan Johnson & Johnson (JNJ) kepada CNN Business.
Lalu apakah kewajiban karyawan divaksin itu legal? Klik halaman selanjutnya.