Dua perusahaan ganja asal Kanada, Tilray Inc dan Aphria Inc mengumumkan rencana penggabungan usaha atau merger. Industri berharap ada keterbukaan investasi (liberalisasi) di Amerika Serikat (AS) saat kepemimpinan presiden terpilih Joe Biden.
Tilray dan Aphria mengumumkan kesepakatan semua saham yang memberi entitas baru nilai pasar saham 2,8 miliar poundsterling atau setara Rp 53,2 triliun (kurs Rp 19.000/Β£), dengan pendapatan gabungan kedua perusahaan selama 12 bulan terakhir sebesar 507 juta poundsterling.
"Legalisasi ganja untuk pengobatan dan kesenangan telah melahirkan industri yang tumbuh cepat dan tepat di depan pintu pasar AS yang berpotensi menguntungkan," bunyi keterangan tersebut dikutip dari The Guardian, Kamis (17/12/2020).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Informasi terkait Tilray dan Aphria yang merger pertama kali diketahui dari akun Twitter @BettingBruiser. Keduanya disebut bisa menghemat biaya tahunan sebesar 58 juta poundsterling atau Rp 1,102 triliun dalam setahun.
Baca juga: Fakta-fakta Merger Bank Syariah Indonesia |
Berbagai negara bagian AS telah melegalkan ganja, memicu kesepakatan komersial yang melibatkan banyak selebriti seperti rapper Snoop Dogg dan pengusaha Martha Stewart.
Tetapi ganja tetap ilegal di bawah hukum federal, menghalangi pengaturan perbankan dan pergerakan lintas batas yang telah mencegah perusahaan Kanada mengakses pasar potensial yang luas di selatan perbatasan.
Banyak dari perusahaan tersebut telah berjuang untuk mendapatkan keuntungan dan telah melihat harga saham mereka berfluktuasi di tengah sentimen yang tidak stabil tentang keberhasilan dan keberlanjutan sektor.
Tetapi, terpilihnya Biden dianggap sebagai harapan beberapa investor bahwa perubahan kebijakan yang menguntungkan bisa segera terjadi, sehingga memicu reli saham.