Wanita di perusahaan-perusahaan teknologi di Amerika Serikat (AS) mengaku banyak yang mengalami pelecehan dari bos dan investor. Menurut laporan Women Who Tech 2020 lebih dari 40% wanita yang merupakan karyawan dan pemimpin perusahaan mengalami pelecehan.
Mengutip dari CNBC, Jumat (18/12/2020) hasil itu didapat dari survei 1.000 responden yang terdiri dari pemimpin perusahaan, karyawan dan investor. Sekitar 48% mengatakan mendapatkan pelecehan di kantor dengan 42% mengatakan pelecehan itu dilakukan oleh supervisor.
Sedangkan dari mereka yang telah dilecehkan, 43% mengatakan pelecehan itu bersifat seksual, bahkan ada yang mengatakan bahwa mereka diajak berhubungan seks dengan imbalan promosi.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Pendiri Women Who Tech Allyson Kapin mengatakan dia tidak terkejut dengan statistik ini karena industri teknologi secara historis memiliki budaya bekerja yang buruk terutama dalam meminta pertanggungjawaban para pemimpin perusahaan dan investor dalam menindak pelecehan seksual. Tidak hanya itu tindakan diskriminasi juga sulit diselesaikan.
Kapin mengatakan kami telah melihat lebih banyak kasus pelecehan seksual terungkap, memaksa perusahaan untuk bertanggung jawab atas masalah yang telah lama mereka sembunyikan.
Dia menunjuk Google sebagai contoh utama. Google diketahui memberi Andy Rubin, pencipta Android, bonus senilai US$ 90 juta ketika dia meninggalkan perusahaan pada tahun 2014. Setelah peristiwa itu Rubin mendapat tuduhan telah melakukan pelecehan seksual selama bekerja di Google.
Pada tahun 2019, pemegang saham mengajukan gugatan terhadap perusahaan induk Google, Alphabet, karena diduga menutupi dan salah menangani kasus pelanggaran seksual termasuk tuduhan terhadap Rubin.
Awal tahun ini, Alphabet menyelesaikan gugatan itu dengan menyetujui bahwa para eksekutif tidak akan lagi menerima pesangon atau dapat mengubah rencana penjualan saham mereka saat sedang diselidiki untuk pelanggaran seksual.
Belakangan pembelaan terhadap pelecehan seksual ramai di media sosial dengan tagar #MeToo. Penyelesaian dari Google juga didorong dari ramainya tagar itu. Namun, menurut Kapin tindakan pelecehan seksual belum turun.
Kapin mengatakan meski gerakan tersebut atau tagar itu telah memberi beberapa wanita di bidang teknologi keberanian untuk berbicara dan mengambil tindakan terhadap para peleceh mereka, kurangnya akuntabilitas di industri juga telah membuat wanita lain tetap diam.
Sekitar 45% karyawan dari perusahaan teknologi wanita yang pernah mengalami pelecehan mengatakan mereka melaporkan insiden tersebut kepada pimpinan senior. Angka itu turun dari 55% yang melaporkan insiden ini dalam survei Women Who Tech tahun 2017.
Diamnya korban pelecehan ini menurut Kapin, disebabkan oleh perempuan yang tidak percaya pada metode aduan di perusahaan mereka, 67% wanita mengatakan mereka tidak terlalu percaya.
Kapin mengungkap dalam menanggapi pelecehan seksual di perusahaan, departemen SDM harus ikut bertindak dalam meminta pertanggungjawaban kepada perusahaan yang banyak diisukan terjadi pelecehan dan diskriminasi.
Selain departemen SDM yang meminta pertanggungjawaban, Kapin mengatakan industri teknologi juga perlu melakukan pekerjaan yang lebih baik dalam meminta pertanggungjawaban investor atas diskriminasi seksual dan pelanggaran seksual terhadap karyawan dan pemimpin wanita.