Mendarat di Kabupaten Malaka, Nusa Tenggara Timur, mata seakan disuguhkan dengan bentangan lahan perkebunan yang luas hingga hewan ternak yang berkeliaran. Bertani dan beternak memang menjadi salah satu mata pencaharian terbesar di Malaka. Mengingat secara geografis sebagian besar topografi Malaka berupa alam pegunungan.
Di Malaka, detikcom berkesempatan mengunjungi salah satu lahan ternak milik Jefrianus Seran. Berbeda dari peternak lainnya, Jefri merawat hewan ternaknya dengan cara membebaskannya begitu saja. Pasalnya, kebanyakan peternak di Malaka beternak dengan cara mengikat sapinya di pohon atau dengan mengandanginya.
"Itu karena dia tidak bisa bagi tenaga untuk sapi, jadi dia ikat (di pohon) dan sapinya makan di sekitar situ saja. Sehingga mungkin dia punya aktivitas lain, abis dia aktivitas itu sapinya masih ada.Kalau di sini tidak, biar saja makan nanti kan dia pulang lagi. Bebas saja dia mau kemana, tapi nanti dia kembali," ujarnya kepada detikcom baru-baru ini.
Dalam memulai usaha jual beli sapi, Jefri mengaku terinspirasi karena nilai ekonomi sapi yang makin meningkat. Ia mengatakan menurut nenek moyangnya, sapi awalnya hanyalah sebagai hewan adat dan kebutuhan sosial saja. Namun, semakin ke sini sapi memiliki nilai jual yang tinggi karena sering dibutuhkan saat hari raya.
"Jadi sebenarnya usaha sapi ini terinspirasi sejak pertama kami miliki sapi sendiri. Jadi, kami (berpikir) bagaimana kami mengembangkan sapi ini ke depan yaitu seperti usaha jual beli sapi. Sehingga sapi ini tetap kami pelihara terus karena ada nilai ekonominya," katanya.
Awal mula jual beli sapi, Jefri menyebut modal pertama ia dapat dari dua sapi miliknya. Kemudian dua sapi tersebut ia besarkan dan jual lagi. Dari hasil penjualan ia belikan empat ekor sapi untuk dibesarkan dan dijual kembali.
Bicara soal bisnis jual beli sapi, Jefri bercerita cukup mendapatkan banyak keuntungan. Mengingat dari satu ekor sapi saja dirinya bisa meraup untung Rp 200.000 - Rp 300.000. Apalagi dalam satu minggu ia selalu antar sapi sebanyak 2 truk, yang mana setiap truknya harus berisi 10 ekor sapi. Dalam sebulan, Jefri bisa menjual 8 truk berisi sapi atau 80 sapi sehingga keuntungannya bisa mencapai Rp 16-24 juta.
"Biasa 1 ekor bisa untung Rp 200-300 ribu. Terus dalam 1 truk ada 10 ekor, jadi dari Rp 200-300 ribu itu kali 10. Tiap minggu itu kami antar dua truk. Jadi, dalam sebulan itu ada 8 truk. Itu rinciannya. Dalam 1 truk harus 10 ekor karena jalan jauh ke Kupang. Kalau cuma 9 rugi kita," katanya.
Sebelum bisnis jual beli sapi, Jefri bercerita ia hanya memiliki usaha perkebunan saja. Kemudian sekitar tahun 2008, ia meminjam KUR dari BRI sebesar Rp 6 juta untuk usaha perkebunan hortikultura miliknya. Seiring berjalannya waktu, Jefri pun merambah usaha lain, yakni usaha jual beli sapi.
"Jadi dari BRI, saya waktu itu pinjam untuk perkebunan hortikultura. Saya kembangkan itu uang dari KUR BRI. Pertama, saya dapat KUR pinjaman itu Rp 6 juta, saya pakai untuk bikin kebun hortikultura. Terus itu berkembang sampai sekarang ke usaha jual beli sapi," ungkapnya.
Melihat adanya peluang besar, Jefri akhirnya memutuskan untuk kembali mengajukan pinjaman modal dari BRI sebesar Rp 200 juta pada April 2020. Apalagi di tengah pandemi dirinya sangat butuh dana untuk permodalan usahanya.
"Dari Rp 200 juta itu kami dapat pinjaman dari BRI, ini membantu kami soal permodalan untuk perkembangan usaha jual beli sapi. Jadi (dari) Rp 200 juta, Rp 160 juta kami buat belanja sapi. Kami putar di situ sehingga sisanya Rp 40 juta kami sisihkan untuk mengantisipasi kekurangan yang lain. Tapi perputaran uang dari pinjaman BRI kami putar," katanya.
Dari pinjaman BRI, kini Jefri sudah bisa mengembangkan usaha sapinya. Bahkan kini ia telah punya lebih dari 20 sapi. Ia mengatakan bantuan BRI sangat membantu dirinya dalam berbisnis. Tanpa modal bantuan dari BRI, Jefri menyebut mungkin usaha sapinya kini hanya angan-angan belaka.
"Jadi, kami merasa pinjaman KUR dari BRI ini merasa terbantu. Bukan cukup terbantu memang terbantu sekali. Karena tanpa pinjaman BRI, kami hanya bisa menghayal saja. Tapi kami sangat bersyukur dengan adanya BRI keinginan kami bisa capai," pungkasnya.
Di ulang tahun yang ke-125 pada tahun ini, BRI hadir di perbatasan dengan tema BRILian memudahkan masyarakat melakukan transaksi perbankan hingga permodalan, termasuk bagi masyarakat di area Motamasin, Kabupaten Malaka.
detikcom bersama BRI mengadakan program Tapal Batas yang mengulas mengenai perkembangan infrastruktur, ekonomi, hingga wisata di beberapa wilayah terdepan khususnya di masa pandemi. Untuk mengetahui informasi dari program ini ikuti terus beritanya di tapalbatas.detik.com.
Simak Video "Kisah Kancil, Disabilitas Tuna Rungu Yang Mampu Servis Kapal"
[Gambas:Video 20detik]
(mul/ega)