Lebih lanjut, menurut Syailendra, harga telur ayam yang naik juga disebabkan oleh harga pakan ternak impor yang naik.
"Kenaikan harga pakan akibat bahan baku asal impor yang mengalami kenaikan turut juga memperparah kondisi harga telur ayam ras saat ini," jelas dia.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Sementara itu, menurut Direktur Jenderal PKH Kementan Nasrullah, baik dari sisi stok telur sebenarnya cukup. Selain itu, menurutnya aktivitas afkir pada ayam petelur dilakukan pada ayam yang sudah tidak produksi telur lagi. Maksudnya, ayam petelur yang diafkir dan dijual menjadi ayam potong tidak mengurangi stok telur, karena sebelumnya ayam itu juga sudah tak lagi produksi telur.
"Kalau afkir yang dijual itu ayam yang sudah tidak bertelur lagi. Jadi tidak ada hubungannya dengan produksi telur karena sudah diafkir," kata Nasrullah.
Melengkapi Nasrullah, Kepala Bidang Harga Pangan Badan Ketahanan Pangan, Kementerian Pertanian Inti Pertiwi mengatakan, kenaikan disebabkan oleh tingginya permintaan di tengah pandemi.
"Permintaan meningkat karena nataru, liburan sekolah, ini juga berdampak pada permintaan. Sebelum itu pun kondisi pandemi menaikkan konsumsi telur, naik 0,09 kilo per kapita per tahun. Jadi demand meningkat, otomatis harga meningkat," jelas Inti.
Ia mengatakan, pandemi ini membuat masyarakat beralih mengkonsumsi telur ayam ketimbang daging. Hal itulah yang menyebabkan permintaan tinggi, dan harga telur ayam pun naik.
"Penurunan produksi produk peternakan selama pandemi itu sampai 40%, tapi tidak untuk telur. Telur nggak ikutan turun, karena orang beralih dari daging, ke telur. Karena banyak keunggulan telur, lalu lebih murah, dan mudah menjangkaunya," pungkasnya.
(ara/ara)