Bertandang ke Kota Putussibau, Kapuas Hulu, Kalimantan Barat, jangan heran bila di pekarangan rumah warga terdapat satu jenis tanaman yang sama. Tanaman dengan bentuk daun menyirip itu merupakan kratom, tanaman asli Kapuas Hulu.
Daun kratom yang memiliki aroma khas nan semerbak ini dipercaya memiliki khasiat bagi tubuh, antara lain mengurangi rasa sakit, mengatasi kelelahan, hingga membuat tubuh lebih rileks. Karena khasiatnya itu, kratom menjadi komoditas dengan nilai ekonomi tinggi.
Mayoritas masyarakat Putussibau menanam pohon kratom di rumah atau kebun mereka dan menjual daunnya. Daun kratom biasanya dijual dalam bentuk basah, kering, remahan (digiling), maupun sudah dalam bentuk tepung.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Kratom sempat menjadi kontroversi karena legalitas hukumnya. Di akhir 2019, Badan Narkotika Nasional (BNN) menetapkan kratom sebagai salah satu jenis narkotika dan penggunaannya sebagai suplemen makanan dan obat tradisional bakal dilarang total pada 2022.
Namun, dalam Permentan Nomor 104/KPTS/HK.104/M/2/2020 tentang Komoditas Binaan Direktorat Jenderal Hortikultura, kratom yang punya nama latin Mitragyna speciosa ditetapkan sebagai komoditas tanaman obat binaan.
Terkait legalitas kratom, Bupati Kapuas Hulu Muhammad Nasir meminta pihak-pihak terkait melakukan kajian mendalam melalui uji laboratorium untuk melihat seberapa besar dampak negatif kratom. Sejauh ini, kata dia, di wilayah Kapuas Hulu tidak ditemukan bukti dampak buruk dari konsumsi kratom.
Nasir menegaskan kratom menjadi salah satu komoditas penggerak ekonomi masyarakat Kapuas Hulu. Tanaman tersebut juga sesuai dengan kondisi geografis Kapuas Hulu di pinggir Sungai Kapuas yang sering mengalami banjir. Ia menyebut tanaman kratom tetap bisa tumbuh dan dipanen meskipun sudah terendam banjir selama 6 bulan.
Ia berharap aspek hukum kratom bisa segera diperjelas agar masyarkat Kapuas Hulu tidak kebingungan dalam membudidayakan tanaman tersebut.
![]() |
Bambang Sucipto (39), yang sudah tiga tahun fokus menjadi petani kratom menyebut permintaan untuk tanaman tersebut cukup tinggi. Dalam sebulan, ia bisa melakukan empat kali pengiriman daun remahan ke Pontianak setiap bulan dengan jumlah 2 ton sekali antar.
"Mungkin bisa 300-400 ton sebulan kita kali saja nilai di Amerika itu berapa. Kita berharap ini bisa tuntas dan tidak menjadi keraguan di masyarakat kita. Dan kalau ini tuntas daerah ini juga akan dapat bagian (pendapatan) daripada itu. Sekarang kan daerah gak dapat, masyarakat bekerja penuh kebingungan," kata Nasir saat ditemui detikcom.
Ia menyebut harga kratom tergolong fluktuatif. Untuk saat ini, ia bisa menjual ke pengepul besar di Pontianak Rp 35 ribu per kilogram. Namun, jika pembeli ambil barang langsung ke petani di Putussibau biasanya dihargai Rp 20 ribu per kilogram.
Kepada detikcom Bambang menguraikan usaha kratom mendatangkan keuntungan cukup besar baginya. Dalam sebulan, ia bisa meraup untung sekitar Rp 20 jutaan.
"Kalau per bulan itu untung bersihnya gak tetap, tergantung permintaan. Sekali antar (per minggU) untung bersih Rp 5 juta. Sebulan bisa 4 kali antar. Kalau lancar permintaan dari sana besar lah dapatnya," ungkap Bambang saat berbincang dengan detikcom beberapa waktu lalu.
![]() |
Petani kratom lainnya, Wahidin juga mengaku mengandalkan kratom untuk mendapatkan penghasilan. Seperti halnya Bambang, ia juga sering mendapatkan pesanan partai besar dari pengepul. Wahidin mengolah daun kratom menjadi bentuk remahan lalu dilempar ke pengepul.
Meskipun enggan menyebutkan angka pasti yang didapatkan per bulannya, ia mengatakan hasil dari kratom bisa memenuhi kebutuhan hidup.
"Kratom itu dua bulan sekali bisa panen. Belum lama ini saya dapat PO (pre order) sampai 30 ton dari pengepul. Hasilnya lumayan lah untuk menyambung hidup," ungkap Wahidin.
Untuk mengembangkan usaha, para petani kratom juga memanfaatkan fasilitas KUR dari BRI. Bambang mengungkapkan dengan adanya dana dari kredit tersebut ia bisa membeli hasil panen petani setempat dan menjualnya ke pengepul besar. Hal itu mendatangkan keuntungan tambahan baginya.
Dana KUR Rp 50 juta dimanfaatkannya untuk mengumpulkan hasil panen petani di Putussibau yang masih dalam bentuk daun kering. Berikutnya Bambang mengolah daun tersebut menjadi remahan agar bisa dijual dengan harga tinggi.
"Jadi kita tuh kan beli juga dari petani. Kalau mengharap punya kita (panen) sebulan sekali, (sementara) permintaan dari sana itu seminggu satu kali jadi harus beli lagi dengan petani," ungkap Bambang.
Di ulang tahun yang ke-125 pada tahun ini, BRI hadir di perbatasan dengan tema BRILian memudahkan masyarakat melakukan transaksi perbankan, termasuk bagi masyarakat Kecamatan Badau, Kabupaten Kapuas Hulu. BRI juga menghadirkan KUR hingga menyalurkan BPUM untuk membantu UMKM sekitar.
detikcom bersama BRI mengadakan program Tapal Batas yang mengulas mengenai perkembangan infrastruktur, ekonomi, hingga wisata di beberapa wilayah terdepan khususnya di masa pandemi. Untuk mengetahui informasi dari program ini ikuti terus beritanya di tapalbatas.detik.com.
(akn/hns)