3. Bisnis Layangan
Pandemi Corona turut membuat para penjual layangan seperti 'tertiban durian runtuh'. Lantaran, bermain layangan kini jadi tren lagi di masyarakat. Salah satunya sepertinya yang dialami pemilik Toko Agen Layangan dan Benang TW, Wisnu Hadi yang omzetnya melonjak hingga 100% sejak kebijakan beraktivitas dari rumah diterapkan.
Omzet Wisnu naik dari rata-rata Rp 70-100 juta setahun, kali ini bisa mencapai Rp 150-200 juta setahun. Lonjakan setinggi itu, baru pertama kali dirasakannya sejak tokonya berdiri per 1993 lalu.
"Sampai 100% ya, ini baru pertama kali seperti ini," ujar Wisnu kepada detikcom, Senin (13/7/2020).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Peningkatan omzet tentu sejalan dengan peningkatan pesanan yang diterima penjual layangan. Menurut Wisnu, pesanan layangan paling banyak masih berasal dari Jabodetabek, karena hanya daerah ini saja resellernya berasal. Sedangkan Wisnu tidak membuka pesanan secara online, karena tak sempat mengurus pesanan online.
Toko penjual layangan lainnya juga merasakan lonjakan pesanan serupa. Meski tak setinggi Wisnu, Toko Layangan Jangkrik mencatatkan kenaikan omzet antara 80-90% dibanding rata-rata omzet tahunan biasanya.
"Meningkat terus ya dari Maret kemarin, biasanya musiman pas menjelang Agustusan atau Hari Raya gitu. Kalau sekarang, Alhamdulillah naik terus ya antara 80-90%," kata Lina, asisten Toko Layangan Jangkrik.
Pesanan yang masuk dalam 1 hari kadang bisa mencapai hingga 60 bal layangan atau 60.000 lembar layangan hanya untuk satu pelanggan. "Banyak yang belinya borongan, paling sering itu orang beli 1 mobil atau 60 bal layangan," tutur Lina.
4. Bisnis Tanaman Hias
Tren tanaman hias di tengah pandemi tak pernah diduga oleh para penjualnya. Permintaan masyarakat terhadap tanaman hias meningkat drastis, bahkan hingga 10 kali lipat. Hal itu pun membuat para pedagang meraup omzet yang fantastis di tengah pandemi Corona, bahkan ada yang sampai tembus miliaran rupiah.
Salah satu penjual tanaman hias yang mencetak omzet besar di tengah pandemi ialah Rico Rusdiansyah, pemilik toko @Titikhijau. Ia yang sudah menjalani bisnis ini selama 3 tahun, baru merasakan penjualannya melonjak di tengah pandemi ini.
Penjualan tertingginya ada di bulan Mei 2020, di mana ia sempat merasakan omzet per bulannya tembus hingga Rp 1 miliar. Omzet itu merupakan akumulasi penjualan tanaman di dalam negeri, dan juga yang diekspor ke berbagai negara seperti Amerika Serikat (AS), negara-negara di benua Eropa, lalu ke Hong Kong, Korea Selatan (Korsel), dan sebagainya.
"Kalau ditotal lokal dan lain-lain ya dapat Rp 1 miliar, itu di Mei puncaknya," ungkap Rico ketika ditemui detikcom di tokonya, di kawasan Depok, Jawa Barat, Kamis (27/11/2020).
Adapun jenis tanaman hias yang marak dicari mulai dari monstera, philodendron, anthurium, syngonium, dan sebagainya.
Ditemui secara terpisah, Mas Ayu Febiryanti atau Ayu yang juga menjual tanaman hias dengan jenis-jenis yang sebagian besar sama, turut mengalami lonjakan omzet di tengah pandemi COVID-19 ini. Sama seperti Rico, omzet tertingginya ada di bulan Mei 2020, yang tembus hingga 10 kali lipat yakni Rp 500-600 juta.
"Kalau omzetnya paling tinggi di 2020 sekitar Rp 500-600 juta, itu naiknya 10 kali lipat," ungkap Ayu kepada detikcom.
Selain para penjual tanaman hias ukuran besar itu, seorang penjual tanaman hias ukuran kecil atau jenis sukulen yang bernama Putri Nabila juga merasakan peningkatan omzet di tengah pandemi. Pemilik toko @Succuland_ itu mengatakan, omzetnya naik 2 kali lipat dalam beberapa bulan terakhir.
"Kalau peningkatan tinggi banget. Omzetnya sebelum ramai, sekitar Rp 10 juta/bulan. Sesudah tren ini Rp 20 juta/bulan, jadi peningkatannya pesat banget," ujar Nabila kepada detikcom.
Ia mengatakan, awalnya fokus menjual sukulen ini baru dimulai pada Februari 2020. Ia mulai berjualan sukulen bersama temannya, Tasya Shafira. Ia mengatakan, di awal-awal penjualan dengan modal Rp 500.000, ia memerlukan waktu 2 bulan sampai balik moda. Namun, kondisinya berbeda lagi saat pandemi.
"Di toko saya awalnya pas belum nge-tren 2 bulan untuk balik modal. Tapi sekarang nge-tren 2 minggu sudah balik modal," ujarnya.
Tak hanya penjual tanaman hias, penjual pot pun turut kena rezeki 'nomplok' di tengah pandemi. Sugiyono misalnya, pemilik toko Kharisma Jaya yang menjual beragam pot untuk tanaman, dan juga alat berkebun lainnya di kawasan Ciledug dan Bintaro juga meraup omzet yang besar saat tanaman hias marak.Ia mengaku, omzet tokon ya tembus sampai Rp 1 miliar dalam satu bulan di tengah pandemi ini.
"Pernah di 2020 ini Rp 1 miliar. Omzet tertinggi sejak Juli-Oktober 2020. Tapi November ini mulai turun sedikit, mungkin karena orang sudah masuk kerja," jelasnya kepada detikcom melalui sambungan telepon.
Apa ya bisnis ke-5 yang tetap cuan selama pandemi? Buruan klik halaman berikutnya