Harga Kedelai Meroket Berujung Mogok Produksi Tahu dan Tempe

Harga Kedelai Meroket Berujung Mogok Produksi Tahu dan Tempe

Herdi Alif Alhikam - detikFinance
Senin, 04 Jan 2021 05:32 WIB
Tempe dan Tahu Hilang di Pasaran, Ini Faktanya
Foto: Getty Images/iStockphoto/Somrakjendee
Jakarta -

Naiknya harga kedelai disinyalir menjadi alasan para produsen tempe dan tahu mogok selama 3 hari. Kementerian Pertanian mengungkapkan biang kerok yang bikin harga kedelai meroket.

Menurut Kasubdit Kedelai Direktorat Serealia Ditjen Tanaman Pangan Kementan Mulyono produksi kedelai di beberapa negara produsen kedelai dunia sedang turun. Sementara itu, permintaan impor justru naik tajam dari China.

Hal itu disinyalir membuat harga kedelai global naik menjadi Rp 7.000 per kilogram atau mengalami kenaikan 35%.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Saat pandemi produksi kedelai di AS, Brasil, Argentina, Rusia, Ukraina, dan lain-lain menurun. Sementara itu, China impornya naik menjadi 92 juta ton atau naik 28%, sehingga harga (kedelai) global Rp 7.000/kg, naik 35%," ujar Mulyono kepada detikcom, Minggu (3/1/2020).

Ongkos angkut kedelai dengan kapal laut pun naik karena waktu tempuh impor dari negara asal ke tujuan lebih lama akibat pembatasan yang dilakukan karena pandemi Corona.

ADVERTISEMENT

"Ongkos angkut kapal naik karena waktu tempuh impor dari negara asal ke tujuan semula 3 minggu menjadi 6-9 minggu," ujar Mulyono.

Dampak kejadian tersebut adalah membuat impor kedelai yang masuk ke Indonesia turun 11,5% menjadi hanya 2,3 ton. Harga kedelai pun akhirnya naik menjadi 37% dibanding tahun sebelumnya menjadi sekitar Rp 8.300-9200 per kilogram, untuk jenis kedelai GMO impor grade-1.

Mulyono mengungkapkan para pembuat tempe dan tahu dari Gabungan Koperasi Produsen Tempe Tahu Indonesia (Gakoptindo) pun menjadi kesulitan mendapatkan bahan baku impor. Akhirnya menaikkan harga jual tempe dan tahu hingga 20%.

"Konsekuensinya Gakoptindo, dengan 160.000 anggota pengrajin tahu tempe kesulitan bahan baku impor. Lalu, menaikkan harga jual tahu tempe 10-20%," ujar Mulyono.

Sebelumnya, produsen tahu dan tempe mengaku melakukan mogok produksi selama 3 hari. Bagaimana bisa?

Para produsen atau perajin tahu-tempe melakukan mogok produksi 3 hari, aksi itu baru selesai kemarin. Ada sebanyak 160.000 perajin yang tersebar di seluruh Indonesia melakukan aksi tersebut.

"Lebih kurang 90% dari jumlah perajin tahu tempe (di Indonesia) mogok produksi. (Jumlahnya) 160.000 perajin," ungkap Ketua Umum Gakoptindo Aip Syarifuddin kepada detikcom, Sabtu (2/1/2021).

Meski harga kedelai naik drastis, para perajin mengaku kesulitan menaikkan harga jual di pasar, sehingga menimbulkan beban produksi bagi perajin.
"Untuk itu perajin tempe tahu ingin menaikkan harga. Di masa pandemi ini semua kan susah," kata Aip.

Dia menjelaskan, sebelumnya para produsen sudah berupaya menaikkan harga jual tahu-tempe secara individual ketika dijual ke pedagang pasar atau ke konsumen langsung. Namun, praktiknya di lapangan tak berjalan mulus.

"Hubungan kami, perajin dengan pedagang pasar itu sudah puluhan tahun, jadi sudah seperti saudara. Dan ketika mau menaikkan itu susah karena mereka keberatan, apalagi melihat kondisi ekonomi lagi susah. Jadi mau menaikkan sendiri-sendiri kan susah, akhirnya kita sepakat kita berhenti dulu produksi," ujar Aip.

Per hari ini, para perajin tahu-tempe baru akan memulai produksi lagi. Namun, Aip mengatakan harga jualnya akan berbeda, yakni naik maksimal 20%.

"Hari Senin, tahu dan tempe akan ada lagi di pasar dengan harga yang berbeda, kira-kira naik maksimal 20%," kata Aip.

Aip menerangkan, sebelumnya harga tahu dan tempe yang biasa beredar di pasaran ialah Rp 2.500-3.000 per potong, dengan berat sekitar 250 gram. Dengan kenaikan ini, maka diperkirakan harga tahu tempe per per potong naik Rp 14.000-15.000/kg.

Dalam perhitungan detikcom, maka diperkirakan harga tahu dan tempe akan naik menjadi Rp 3.500-4.000 per potong.


Hide Ads