Cerita Tempe: Dipatenkan Jepang, Sulit Dicari di Indonesia

Cerita Tempe: Dipatenkan Jepang, Sulit Dicari di Indonesia

Soraya Novika - detikFinance
Senin, 04 Jan 2021 10:34 WIB
Pabrik tempe di Bekasi kembali melakukan produksi. Sebelumnya sejumlah pabrik tahu dan tempe melakukan aksi mogok akibat kenaikan harga kedelai di pasaran.
Foto: ANTARA FOTO/Fakhri Hermansyah
Jakarta -

Tempe dan tahu saat ini sulit ditemukan di pasaran. Penyebabnya adalah aksi mogok yang dilakukan para perajin dalam beberapa hari terakhir.

Terbaru, harga kedua makanan dari kedelai itu kabarnya akan naik.

"Hari Senin, tahu dan tempe akan ada lagi di pasar dengan harga yang berbeda, kira-kira naik maksimal 20%," kata Ketua Umum Gabungan Koperasi Produsen Tempe Tahu Indonesia (Gakoptindo) Aip Syarifuddin kepada detikcom, Sabtu (2/1/2021).

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Naiknya harga tempe dan tahu karena harga bahan bakunya juga sedang melambung tinggi mengikuti perkembangan pasar global. Lalu, kenapa Indonesia ikut terpengaruh harga global?

Faktanya, untuk memproduksi tempe dan tahu, Indonesia ternyata masih bergantung pada kedelai impor.

ADVERTISEMENT

Selain itu, ada fakta mencengangkan lain yaitu soal hak paten tempe. Ternyata, banyak penelitian soal tempe yang dipatenkan oleh asing. Dikutip dari berbagai sumber, 35 hak paten soal Tempe sudah dimiliki Amerika Serikat dan 6 hak paten milik Jepang, namun Indonesia baru 2 dan itupun masih didaftarkan belum mendapat hak paten.

"Sungguh ironis beberapa hasil penelitian tentang tempe justru dipatenkan oleh pihak asing," kata Ketua Forum Tempe Indonesia (FTI) Rizal Syarief melalui keterangan tertulisnya yang diterima detikFinance, Selasa (5/4/2011).

Dikatakannya Forum Tempe Indonesia (FTI) dibentuk untuk mewadahi pemikiran dan pengembangan inovasi dari para pakar, praktisi dan pihak yang peduli terhadap keunggulan dan potensi tempe.

Forum ini bertujuan mempromosikan tempe sebagai produk warisan budaya bangsa Indonesia agar dapat diterima, di tingkat nasional maupun internasional. Juga mengumpulkan dan mendesiminasikan semua informasi dan hasil-hasil penelitian tentang tempe.

Di sisi lain, komoditi tempe ternyata mendapat perhatian negara super power AS. Hal ini setidaknya dapat dibuktikan dari rencana kunjungan Wakil Menteri Pertanian (Wamentan) Amerika Serikat (AS) Michael T. Scuse ke kampung tempe saat lawatannya ke Jakarta. Wamentan AS ini akan mengunjungi sebuah perkampungan yang menjadi sentra produksi tempe di Jakarta Timur.

Kunjungan Scuse akan berlangsung 6 April 2011 ke Rumah Produksi Bersama Tempe Komplek PRIMKOPTI Jakarta Timur Kelurahan Setu, Cipayung, Jakarta Timur.

"Kunjungan ini merupakan momen penting untuk menunjukkan bahwa tempe, yang merupakan warisan budaya bangsa Indonesia menjadi pusat perhatian dari pejabat penting sebuah negara maju," katanya.

Dikatakannya FTI telah bekerja sama dengan organisasi kemanusiaan MercyCorps Indonesia yang berkantor pusat di AS. Kerjasama ini tertuang dalam kegiatan penyuluhan dan pelatihan tentang cara produksi yang higienis (GHP) kepada para pengerajin tempe di Jakarta Timur.

FTI juga bekerjasama dengan American Soybean Asociation (ASAIM)-Indonesia memperoleh bantuan dari PT. Sekawan Makmur Bersama (SMB), salah satu perusahaan importir kedelai untuk membenahi fasilitas dan ruang serta peralatan produksi tempe di Komplek PRIMKOPTI Jakarta Timur.

Pelaksanaan pembenahan dilakukan oleh kontraktor yang ditunjuk dan pelaksanaannya diawasi oleh FTI dan MercyCorps Indonesia.

"Lokasi ini untuk rencana ke depannya akan menjadi percontohan Kampung Tempe untuk wilayah Jakarta. Upaya yang dilakukan FTI dalam membentuk lokasi tempe percontohan di berbagai lokasi merupakan salah satu contoh keberhasilan," katanya.

Kelangkaan Tempe di Dalam Negeri

Tempe dan tahu dikabarkan hilang di pasaran dalam beberapa hari terakhir. Beberapa penjual gorengan tampak tak lagi menjual tempe dan tahu goreng.

Hilangnya kedua menu itu di abang-abang gorengan, bukan karena telah ludes diburu pembeli, tapi memang karena kehabisan pasokan dari pasar. Setidaknya begitu menurut salah satu penjual gorengan di kawasan Warung Sila, Jakarta Selatan, Diman (50) yang ditemui detikcom.

Usahanya mencari pasokan tahu tempe itu sudah nihil sejak awal tahun ini.

"Saya sudah keliling dari setelah tahun baru nggak ada tahu tempe di mana-mana. Kata koperasi, memang lagi mogok produksi, Nanti ada lagi tanggal 4 Januari," ujar Diman ditemui detikcom, Minggu (3/1/2020).

Kini, tahu dan tempe sudah tersedia lagi di pasar dengan harga yang naik sekitar 10-20%.

Ternyata, kembalinya tahu dan tempe ke pasar telah dinantikan oleh masyarakat. Di Pasar Gondangdia, Jakarta Pusat misalnya, sejak pukul 8 pagi tahu dan tempe sudah habis terjual. Sebanyak empat orang pedagang tahu dan tempe di pasar tersebut mengaku dagangannya sudah diborong pembeli.

Hal itu pertama diungkapkan oleh Slamet Riadi. Ia mulai berdagang di Pasar Gondangdia sejak pukul 4 pagi, lalu dagangannya sudah laku keras sampai sekitar pukul 8 pagi tadi.


Hide Ads