Lonjakan harga cabai rawit terjadi pada sejumlah pasar tradisional di Kabupaten Polewali Mandar (Polman), Sulawesi Barat. Selain harga tahu dan tempe melonjak akibat naiknya harga bahan baku kedelai, lonjakan harga cabai rawit menimbulkan keresahan warga.
Seperti yang terjadi di Pasar Marasa, Kelurahan Sidodadi, Kecamatan Wonomulyo. Jika sebelumnya satu kilogram cabai rawit dijual seharga Rp 17 ribu per kilogram (kg), kini naik menjadi Rp 44 ribu per kg.
Sejumlah warga sempat kaget, saat mengetahui harga cabai rawit yang melambung tinggi. Mereka mengaku resah, lantaran kondisi ekonomi saat ini terbilang susah, sejak pandemi virus corona melanda, " Ini sangat memberatkan, apalagi dengan keadaan seperti sekarang ini, " kata salah seorang warga, Dewi kepada wartawan, Selasa siang (05/01/2021).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Alhasil, Dewi mengaku terpaksa mengurangi pembelian cabai rawit, agar kebutuhan dapur lainnya tetap bisa terpenuhi, " Ya terpaksa pemakaian kita kurangi, agar kebutuhan lainnya bisa terbeli, " ungkapnya.
Sementara itu salah seorang pedagang bernama Rahim mengatakan lonjakan harga cabai rawit terjadi karena kurangnya pasokan dari petani. Selain itu, lonjakan harga cabai rawit dibarengi banyaknya pedagang pengumpul dari luar daerah, yang masuk ke Polman membeli cabai rawit dengan harga tinggi.
"Ada orang dari Makassar, menawarkan dengan harga tinggi, jadi terpaksa kita ikut, " tandas Rahim.
Warga berharap, pemerintah segera mengambil langkah, agar kenaikan harga bisa terkendali, sebelum memicu terjadinya lonjakan harga kebutuhan lainnya.