Bioskop menjadi salah satu bisnis yang paling terimbas oleh pandemi COVID-19. Sejak pembatasan sosial berskala besar (PSBB) yang pertama hingga masa transisi diberlakukan bisnis mereka nyaris lumpuh.
Kini pemerintah akan menerapkan pembatasan untuk wilayah Jawa dan Bali mulai 11 Januari mendatang. Kebijakan ini dikhawatirkan dapat membuat bioskop di seluruh Indonesia tutup total sampai waktu yang tidak dapat diprediksi.
"Ini bisa tutup total lho, nggak main-main, seluruh Indonesia nggak ada bioskop, percaya sama saya kalau gini terus, gini terus," ujar Ketua Gabungan Pengelola Bioskop Seluruh Indonesia (GPBSI) Djonny Syafruddin kepada detikcom, Kamis (7/1/2021).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Bila tutup total, bioskop butuh waktu yang cukup lama untuk pulih dari pandemi COVID-19. Paling tidak butuh sekitar 5 tahun agar bisa mengembalikan pendapatannya seperti sebelum COVID-19. "Kalau mau bangkit nggak gampang 5 tahun baru bisa bangkit lagi, kan hancur udah semuanya," tambahnya.
Meski telah diizinkan beroperasi kembali, bioskop sampai saat ini belum mampu mengembalikan kondisinya seperti sebelum adanya pandemi. Menurut Djonny, bioskop sampai sekarang masih sepi penonton sehingga omzet yang diraup pun tak seberapa, ditambah ada biaya operasional yang harus dikeluarkan setiap bulannya, justru menempatkan bisnis ini masih dalam kondisi rugi.
"Cuma 10-19% dari omzetnya, itu semua sudah rugi, biasanya Rp 30 juta sehari sekarang cuma Rp 1,5-2 juta per hari. Terus ada pengeluaran juga, listrik Rp 70 juta, karyawan segala macam itu bisa sampai Rp 150 juta per bulan, omzet nggak nyampe segitu, jadi kita pada rugi, udah rugi miliaran," paparnya.
Bila kondisi pandemi tak kunjung membaik bahkan semakin parah apalagi ditambah pembatasan-pembatasan dari pemerintah, bukan tidak mungkin bioskop bisa tutup total seluruh Indonesia.
"Kalau sebulan 1 bioskop, 1 lokasi Rp 150 juta keluar duit, bisa tutup total, kalau tutup total semua peralatan harus diganti dan sebagainya, jadi mau pulih nggak gampang," tuturnya.