Kata Asosiasi Maskapai Soal Usia Pesawat Sriwijaya Air yang Jatuh

ADVERTISEMENT

Kata Asosiasi Maskapai Soal Usia Pesawat Sriwijaya Air yang Jatuh

Achmad Dwi Afriyadi - detikFinance
Minggu, 10 Jan 2021 14:59 WIB
Pesawat Sriwijaya Air PK-CLC yang hilang kontak di Kepulauan Seribu (dok jetphotos.com via flightradar24))
Foto: Pesawat Sriwijaya Air PK-CLC yang hilang kontak di Kepulauan Seribu (dok jetphotos.com via flightradar24))
Jakarta -

Pesawat Sriwijaya Air SJ182 rute Jakarta-Pontianak mengalami kecelakaan kemarin. Pesawat yang jatuh tersebut berjenis Boeing 737-500 dan berusia 26 tahun.

Ketua Umum Indonesia National Air Carriers Association (INACA), Denon Prawiraatmadja menilai, usia pesawat tak terkait dengan kelayakan terbang atau jadi penyebab kecelakaan. Dia mengatakan, kelayakan terbang sendiri diperiksa oleh Kementerian Perhubungan (Kemenhub).

"Nggak bisa, kalau saya bilang kita nggak bisa melihat secara prematur, kelayakan atau airworthy itu tidak ditentukan dari usia pesawat artinya kalau pesawat masih airworthy masih melakukan kegiatan operasional mereka artinya mereka layak terbang," katanya kepada detikcom, Minggu (10/1/2021).

"Airworthy itu dari rutin cek yang dilakukan maskapai yang diperiksa oleh Kementerian Perhubungan atau autority itu adalah airworthy-nya dari pesawat, jadi nggak ada hubungannya dengan usia pesawat kalau saya bilang," paparnya.

Dia menjelaskan, di Indonesia sendiri tidak ada ketentuan batas usia pesawat. Lanjutnya, kalaupun ada yang menentukan adalah manufaktur.

Pada kelayakan terbang terdapat beberapa aspek yang diperiksa yakni aspek operasi dan teknis.

"Airworthy itu dari tingkat keselamatan, apakah secara teknikal semua perosedur-prosedur itu dilakukan dengan tepat dengan waktu yang benar. Dari sisi operasi aturan-aturan yang terkait dengan semua penunjang kegiatan operasional ya crew, kesehatan crew kemudian rating dan sertifikat dan sebagainya itulah menjadi airworthy dari kegiatan pesawat," paparnya.

Dia mengatakan, cukup banyak maskapai yang memakai pesawat dengan usia tersebut. Menurutnya, usia tersebut masih dalam batas usia yang produktif.

"Saya kira ada, banyak, ada beberapa, ada banyak yang pakai," ujarnya.

Senada, Pengamat Penerbangan Samudra Sukardi menilai tak ada hubungan usia pesawat dengan kecelakaan. Meski, ia mengakui semakin tua, pesawat makin membutuhkan perawatan.

"Seharusnya tidak ada, jadi kalau umur pesawat tidak menjadi alasan untuk menjadi kecelakaan. Tapi harus dicek memang makin berumur pesawat itu makin banyak dikerjakan maintenance. Tapi kalau dia sudah layak terbang mau pesawat baru, pesawat lama kalau sudah di-sertified layak terbang dia layak terbang nggak bisa dibedakan umurnya," ujarnya.

Dia menuturkan, di industri penerbangan sendiri, usia pesawat sendiri berpengaruh pada teknologi dan efisiensi pesawat.

"Kalau pesawat muda itu teknolginya lebih baru, biasanya teknologi lebih baru berhubungan sistem kontrol dan fuel consumtion bahan bakar lebih irit," jelasnya.

(acd/dna)

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT