Petani Blak-blakan Alasan Ogah Tanam Kedelai

Petani Blak-blakan Alasan Ogah Tanam Kedelai

Achmad Dwi Afriyadi - detikFinance
Senin, 11 Jan 2021 20:15 WIB
Harga kacang kedelai mengalami kenaikan dari Rp 6.500 menjadi Rp 9.500 per kilogram. Kenaikan dirasakan para perajin tempe sejak satu bulan terakhir.
Foto: Pradita Utama
Jakarta -

Petani tergabung Serikat Petani Indonesia (SPI) buka suara soal alasan petani yang enggan menanam kedelai. Hal tersebut menanggapi pernyataan Presiden Joko Widodo (Jokowi) yang menyatakan jika kedelai bisa tumbuh di Indonesia tapi enggan ditanam petani.

Ketua Umum SPI Henry Saragih menjelaskan, harga patokan kedelai lokal sekitar Rp 8.000 per kg. Sementara, harga kedelai impor lebih murah karena harga patokannya sekitar Rp 6.000 per kg. Padahal harga patokan sekitar Rp 8.000 per kg itu dirasa kurang oleh petani.

"Iya jadi sebenarnya begini, itu harga patokan pemerintah sebenarnya lebih murah kacang kedelai impor daripada kacang kedelai lokal. Patokan kedelai impor Rp 6.000, kacang kedelai lokal Rp 8.000. Tapi bagi petani kita, kita punya beberapa hambatan selain harga tadi menurut petani harganya harus dinaikkan tinggi lagi tidak bisa Rp 8.000," jelasnya kepada detikcom, Senin (11/1/2021).

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Dia mengatakan, untuk menggenjot produksi kedelai, petani juga terkendala lahan yang terbatas. Alhasil, petani lebih memilih komoditas lain.

"Hambatan yang kedua adalah petani kita memang kurang lahannya untuk menanam kacang kedelai lebih memilih menanam padi ataupun jagung, daripada kacang kedelai karena harganya lebih layak," ujarnya.

ADVERTISEMENT

Bukan hanya itu, petani juga terhambat soal benih-benih berkualiatas. Sehingga, produksi kedelai menjadi minim.

"Pemerintah sampai hari ini belum mengembangkan benih-benih unggul, benih-benih lokal kita yang banyak itu belum banyak dikembangkan. Jadi akibatnya produksi nasional kita dari yg dulunya bisa memenuhi 70-80% sekarang terbalik cuma 20% kita jadi impor," paparnya.

Lanjut halaman berikutnya soal kedelai>>>

Kembali, ia menuturkan, jika petani diberi lahan yang luas ia yakin kedelai lokal bisa bersaing impor. Kemudian, dengan harga patokan yang dinaikan menjadi sekitar Rp 10.000 per kg akan menguntungkan petani.

"Kan produksinya sekitar 2,5-3 ton per ha kita sendiri dengan produksi seperti itu harganya sekitar Rp 10.000 baru bisa, baru kena, kalau harganya cuma Rp 8.000 bahkan kadang-kadang di bawah Rp 8.000 nggak bisa, nggak menguntungkan petani," ujarnya.

Memang, dengan harga patokan yang lebih tinggi membuat selisih patokan dengan harga kedelai impor lebih tinggi.

"Makanya menurut kita membatasi impor itu, istilah kita utamakan kacang kedelai lokal kita apalagi sebenarnya kacang kedelai impor dari segi kesehatan belum bisa dipertanggungjawabkan karena hasil rekayasa genetika, yang banyak di luar negeri tidak dikonsumsi manusia tapi untuk pakan ternak," paparnya.

Toh, kata dia, harga patokan saat ini juga jauh di atas harga pasar. Sebagai tambahan, Henry menuturkan, harga pasaran di Jakarta sekitar Rp 10 ribu hingga Rp 14.000 per kg.

"Rp 10.000-Rp 14.000 di Jakarta, tapi nggak tau perkembangan hari ini setelah operasi pasar yang digelontorkan Mentan mulai hari kemarin. Normalnya biasa harusnya bergerak Rp 6.000, Rp 7.000, Rp 8.000 per kg," ungkapnya.


Hide Ads