Harga Kedelai Bakal Naik Terus Sampai Mei, Gimana Nasib Tahu Tempe?

Harga Kedelai Bakal Naik Terus Sampai Mei, Gimana Nasib Tahu Tempe?

Vadhia Lidyana - detikFinance
Selasa, 12 Jan 2021 07:00 WIB
Seorang perajin tempe di kawasan Pasar Minggu Jakarta Selatan, Senin (26/8/2013) terlihat masih beraktifitas seperti biasa meski harga kedelai impor melonjak sangat tinggi. Harga kedelai import naik ke level tertinggi sejak Juni 2013 lalu. Sekitar hampir 90 persen kedelai kita yang digunakan untuk produksi tempe dan tahu adalah import. Para pengrajin tempe tahu menjerit dan bahkan hampir tak berproduksi. File/detikFoto.
Ilustrasi/Foto: Rachman Haryanto
Cetak Rekor Dalam 6 Tahun

Lutfi mengatakan, kondisi harga kedelai saat ini menunjukkan angka yang paling tinggi atau mencetak rekor dalam 6 tahun terakhir.

"Jadi bapak dan ibu, sekarang ini harga kedelai itu US$ 13 per rumpumnya, dan ini adalah harga tertinggi dalam 6 tahun terakhir," ungkap Lutfi.

Ia mengatakan, penyebab utamanya ialah tingginya permintaan kedelai di pasar global di saat kapasitas produksi menurun. Negara-negara Amerika Latin yang merupakan salah satu produsen terbesar kedelai mengalami gangguan cuaca, ditambah lagi aksi mogok kerja di sektor distribusi dan logistik.

"Ada gangguan cuaca La Nina di Latin Amerika yang menyebabkan basah di Brazil dan Argentina, yang kedua diperparah dengan Argentina yang mengalami aksi mogok. Jadi kalau kemarin itu mogoknya di sektor distribusi, sekarang ini mogoknya di pelabuhan. Jadi yang satu berhenti yang satu mulai. Yang satu mulai, yang satu berhenti. Jadi ini menjadi gangguan tersendiri, sedangkan di Argentina itu dibawa pakai kapal melewati sungai dan keluar di Brasil untuk pengapalan," ujar dia.

Selain itu juga, kenaikan harga terjadi karena tingginya permintaan dari China untuk memenuhi kebutuhan pakan ternak babi dari kedelai tersebut.

"Jadi dari 15 juta biasanya permintaan disana naik menjadi 28 juta permintaan. Ini menyebabkan harga yang tinggi," sambung Lutfi.

Meski permintaan tinggi, ia memastikan pasokan kedelai di Indonesia aman untuk 3-4 bulan ke depan. Sayangnya, ketersediaan itu memang harus diiringi dengan kenaikan harga.

"Jadi bapak dan ibu Ini adalah suatu keniscayaan yang memang harus kita pahami karena Indonesia tidak mempunyai kacang kedelai yang cukup, karena 90% adalah impor. Kita harus bisa mengerti kenaikan harga tersebut," tutup Lutfi.


(eds/eds)

Hide Ads