Peternak yang tergabung dalam Dewan Pimpinan Pusat Perhimpunan Insan Perunggasan Rakyat Indonesia (DPP Pinsar), meminta Kementerian Pertanian melanjutkan kebijakan perunggasan yang ada saat ini. Hal itu dinilai efektif memperbaiki supply dan demand sekaligus mengurangi kerugian peternak.
"Sepanjang 2020 sampai tri semester 3 seluruh peternak ayam mengalami pukulan akibat COVID-19. Selain itu tidak seimbangnya supply dan demand, membuat peternak ayam merugi," ujar Ketua Umum DPP Pinsar Singgih Januratmoko dalam keterangannya, Rabu (13/1/2021).
Menurutnya, sepanjang dua tahun terakhir peternak ayam broiler mengalami kerugian besar. Sementara peternak ayam layer atau petelur masih menikmati keuntungan.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Singgih mengatakan, kebijakan pemerintah membatasi supply berimbas positif terhadap harga ayam potong di pasar. Harga bisa di atas harga referensi dari Kementerian Perdagangan antara Rp 19.000 hingga Rp 21.000.
"Sebelum adanya kebijakan pembatasan, harga pasar ayam hidup di bawah Harga Pokok Penjualan (HPP) yang hanya Rp5.000 sampai dengan Rp15.000. Banyak peternak yang mengambil kredit usaha mengalami kemacetan," imbuh Singgih.
Menurutnya, modal peternak ayam potong tergerus, sehingga para peternak rakyat harus menutup kandang-kandang mereka. Namun, sepanjang kuartal ke-4 pemerintah juga menyelamatkan para peternak dengan mengatur keseimbangan suplay dan demand. Selain itu pemerintah mengadakan program membeli telur dan daging ayam dari peternak untuk paket bantuan sosial.
"Selain itu, kampanye pemerintah agar masyarakat mengkonsumsi minimal dua biji telur ayam dan daging ayam untuk meningkatkan imunitas, cukup membantu peternak ayam," ujarnya.