Keputusan Edi Sumadi mengikuti jejak orang tua hijrah dari Semarang, Jawa Tengah ke Kalimantan Barat 28 tahun lalu ternyata berbuah manis. Kini, ia sukses menjadi juragan ayam di Putussibau, Kabupaten Kapuas Hulu, Kalimantan Barat.
Kesuksesan tersebut dicapai Edi setelah melalui lika-liku kehidupan yang panjang. Roller coaster kehidupan telah dirasakannya, selama menjadi perantau.
Di awal kedatangannya di Tanah Borneo, Edi sempat terjun menjadi penambang emas ilegal. Awalnya ia menjadi pekerja harian di lahan tambang. Selanjutnya ia diangkat menjadi kepala rombongan atau biasa disebut mandor, yang membawahi para pekerja.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Sambil bekerja, Edi pelan-pelan mengumpulkan uang untuk membuka tambang emas sendiri. Demi menambah modal, ia pun nekat menjual sapi sampai menggadaikan sertifikat rumah milik mertua. Dari uang yang terkumpul ia membuka tambang emas ilegal di Kabupaten Ketapang, Kalimantan Barat.
"Usaha tambang itu berjalan cukup lama juga. Tapi saya akhirnya nggak tahan karena rekan bisnis gak benar, hambur-hambur uang terus. Akhirnya itu tambang saya tinggalkan tanpa hitung-hitungan (bagi hasil), padahal modal paling besar punya saya," ungkap Edi saat ditemui detikcom beberapa waktu lalu.
Meskipun harus kehilangan uang yang sudah dijadikan modal, Edi memilih meninggalkan usaha tambang emas ilegal. Ia kemudian pulang ke rumah orang tua di Putussibau dan bekerja di perkebunan sawit menjadi buruh angkut, tukang panen, dan akhirnya menjadi ketua rombongan.
"Di sawit itu setiap hari saya dijemput pakai (truk) Hino bersama 60 orang pekerja lain. Saya yang jadi ketua rombongannya," cerita Edi.
![]() |
Mangkat dari pekerja sawit, Edi mencoba peruntungan menjadi petani sayur. Setiap kali panen, ia menjual sayur-sayuran dari kebunnya ke pasar. Namun, hasilnya tak begitu menguntungkan karena suplai sayur ke pasar sudah terlalu banyak. Ia pun memilih berjualan keliling menggunakan sepeda.
"Setelah itu baru coba (usaha) ayam, awalnya pemotongan dulu ambil ayam dari orang (peternak). Terus jadi agen ayam, saya suplai ke batalion (TNI), pasar. Kemudian saya buka kios sendiri di pasar," sambung Edi.
Bermodal uang Rp 100 juta, Edi pun merambah usaha peternakan sekaligus pemotongan ayam. Ia melihat usaha peternakan ayam memiliki prospek yang bagus, karena permintaan daging ayam untuk konsumsi selalu ada setiap hari.
"Saya lihat bisnis ini prospeknya bagus karena ini bahan pokok setiap hari diperlukan. Dulu awalnya saya modal masuk ke toko (ambil bibit dan pakan) modal Rp 100 juta, sekarang sudah nambah-nambah kandang," ulas Edi.
Ternyata, pilihan usaha tersebut memberikan peruntungan baik bagi Edi. Usahanya semakin berkembang hingga kini memiliki sembilan kandang.
![]() |
Kepada detikcom, Edi menguraikan setiap kandang bisa terisi hingga 2000 ekor ayam. Dari kandang-kadang tersebut, setiap hari Edi bisa memotong sekurangnya 200 ekor ayam dan menjualnya ke berbagai tempat. Mulai dari pedagang di pasar, warung makan, dan menjual di kiosnya sendiri. Selain menjual ayam segar yang dipotong sendiri di tempatnya, Edi juga memasok ayam beku ke kios-kios di pasar dan warung makan. Menurutnya, ayam beku memiliki harga yang lebih terjangkau, terutama bagi pengusaha warung makan.
Setiap bulannya, ia bisa meraup omzet lebih kurang Rp 200-250 jutaan sebulan. Dari usaha ayam, Edi bisa membangun rumah, menyekolahkan anak sampai kuliah, hingga membeli mobil.
"Ya dari omzet itu belum dipotong operasional, untuk pakan, bibit, karyawan. Ya saya dapat bersih bisa lah Rp 20-30 juta sebulan. Lumayan lah untuk menyekolahkan anak, untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari," kata Edi merendah.
Dalam pengembangan bisnisnya, Edi memanfaatkan fasilitas KUR dari Bank BRI. Dana pinjaman tersebut dialokasikan untuk berbagai pos dalam bisnisnya. Sebagian digunakan untuk menambah kandang, sebagian lain untuk membeli pakan dan bibit agar jumlah ayam yang diternak semakin banyak dan unggul.
Fasilitas KUR ini sangat membantu saya dalam mengembangkan bisnis. Dari situ saya bisa menambah kandang, tambah bibit dan pakan. Sangat berguna lah untuk pengusaha seperti saya ini," ungkap Edi.
Di ulang tahun yang ke-125 pada tahun ini, BRI hadir di perbatasan dengan tema BRILian memudahkan masyarakat melakukan transaksi perbankan, termasuk bagi masyarakat Kecamatan Badau, Kabupaten Kapuas Hulu. BRI juga menghadirkan KUR hingga menyalurkan BPUM untuk membantu UMKM sekitar.
detikcom bersama BRI mengadakan program Tapal Batas yang mengulas mengenai perkembangan infrastruktur, ekonomi, hingga wisata di beberapa wilayah terdepan khususnya di masa pandemi. Untuk mengetahui informasi dari program ini ikuti terus beritanya di tapalbatas.detik.com.
(prf/prf)