Kementerian Perdagangan (Kemendag) mengungkap biang kerok mahalnya harga daging sapi hingga membuat pedagang mogok jualan sejak Rabu (20/1) lalu. Hal itu dikarenakan adanya kenaikan harga dari pasar importir yang berasal dari Australia.
Sekretaris Jenderal Kementerian Perdagangan Suhanto mengatakan harga sapi hidup di Australia yang diimpor Indonesia mengalami kenaikan dari biasanya US$ 2,8 atau sekitar Rp 39.200 per kg menjadi US$ 3,78 atau Rp 52.900 per kg. Hal itu tentu mempengaruhi harga daging sapi di Indonesia.
"Kami dapat informasi menurut importir dari negara asal di Australi mereka membeli juga mengalami kenaikan yang 6 bulan lalu masih sekitar US$ 2,8 per kg berat hidup, saat ini harga di kisaran US$ 3,78 per kg," kata Suhanto dikutip dari akun YouTube Kemendag, Jumat (22/1/2021).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Suhanto mengaku dapat informasi dari Asosiasi Pedagang Daging Indonesia (APDI) bahwa harga daging sapi di Indonesia mengalami kenaikan akibat dari Rumah Potong Hewan (RPH) menaikan harga antara 11,6-12,6%. Meski begitu, pihaknya mengaku telah mendapat solusinya untuk jangka pendek dan panjang.
"Solusi jangka pendek kami mendapat informasi masih ada kesediaan daging sapi di salah satu perusahaan di DKI masih ada tersedia sekitar 17.000 ton. Kami juga berkoordinasi dengan Kementan dan dia dengan telah berupaya keras untuk peningkatan produktivitas petani dalam rangka populasi sapi," ucapnya.
Sedangkan dalam jangka panjang, Suhanto mengaku telah mencari importir dari negara lain di antaranya Meksiko. Hal itu dilakukan untuk memastikan ketersediaan daging sapi di Indonesia bisa terpenuhi.
"Dalam jangka panjang kami coba mencari terobosan, strategi baru dengan mencari sumber-sumber dari negara lain. Contohnya yang sekarang kita lakukan mencoba importasi sapi dari Meksiko," imbuhnya.
(aid/dna)