Menjadi fotografer gowes di masa pandemi menjadi peluang usaha potensial. Bahkan beberapa pelakunya mengaku memiliki penghasilan yang cukup lumayan. Hal itu menyusul banyaknya masyarakat Indonesia yang gemar naik sepeda.
Meski memiliki potensi yang besar sebagai peluang usaha, namun beberapa kalangan menilai tren fotografi sepeda hanya bersifat sementara. Menurut mereka, booming sepeda sama halnya seperti tanaman-tanaman hias.
"Ini temporary karena sepeda itu boom beberapa kali. Pada tahun 1990 pernah boom waktu Kasino naik sepeda, terus 2008 boom lagi, sekarang boom lagi, sama seperti anthurium ada musim tertentu," kata senior fotografer, Arbain Rambey kepada detikcom, Minggu (24/1/2021).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Meski begitu, Arbain mengaku menjadi fotografer sepeda di masa pandemi merupakan peluang usaha yang besar. Sebab, pasarnya memang banyak. Menurut dia, saat ini hampir semua momen kehidupan bisa didokumentasikan melalui sebuah foto.
Dia menceritakan, fotografi mulai digemari banyak kalangan ketika tahun 2000-an atau pada saat tren kamera digital. Mulai dari situ, menurut Arbain banyak fenomena-fenomena baru yang muncul. Mulai dari piknik membawa kamera hingga bisnis sewa atau jasa foto di daerah-daerah pariwisata.
Untuk booming sepeda kali ini, dikatakan Arbain menjadi daya tarik dan memiliki nilai jual karena para penggowes dilengkapi dengan atribut yang kece.
"Tapi apakah sepeda ini akan lama, saya kira nggak, ini temporary. Beda sama wedding kan orang sampai kapan pun ada yang menikah, atau memotret koleksi hewannya," jelasnya.
Hal senada diungkapkan oleh pemerhati Marketing, Yuswohady. Dia menyebut fotografer sepeda memiliki potensi besar hanya pada saat pandemi COVID-19. Jika pandeminya sudah hilang, menurut dia peluang usaha tersebut masih tetap ada namun tidak se-meledak waktu pandemi.
"Jadi saya kira selama pandemi ini jalan terus, meski ini sifatnya tren tapi trennya ini tidak sebulan-dua bulan cepat hilang artinya saya melihat gowes itu akan cukup lama, boomingnya cukup lama karena memang orang butuh semua," kata Yuswohady.
Keberlanjutan peluang usaha ini pun, dikatakan Yuswohady akan ditentukan oleh efektivitas vaksin COVID-19 yang saat ini sedang didistribusikan oleh pemerintah. Jika vaksin tersebut berhasil menyelesaikan pandemi, maka profesi fotografer sepeda pun akan sepi sendiri namun tidak hilang.
"Karena ada orang yang gowes butuh sehat dan karena tidak bisa ke tempat pariwisata. Makanya gowes itu menjadi hiburan tersendiri," ujarnya.
Masih soal efektivitas vaksin, kata Yuswohady, jika berhasil pun nantinya tren peluang usaha fotografi akan kembali ke masa sebelum pandmi COVID-19. Menurut dia, menjadi seorang fotografi di destinasi pariwisata hingga wedding akan kembali booming.
"Awal tahun depan kalau vaksin efektif dan kemudian orang bisa berlibur maka fotografi arahnya akan berbalik lagi ke destinasi. Kalau sebelumnya kan lebih ke destinasi makanya dulu dikenal dengan istilah instagramable, nanti kalau memang betul kita keluar rumah mulai bisa maka itu akan happening juga, karena sudah lama tidak bisa tampil di destinasi," katanya.
Selain itu, untuk menjadi fotografer yang disewa oleh suatu kelompok yang sedang berdestinasi pun menjadi potensi besar ketika memang vaksin COVID benar-benar efektif menyudahi pandemi.
"Cuma memang ada yang bisa kita ambil gambar sendiri, atau pakai jasa fotografi, tapi ada juga platform yang mana fotografernya itu sudah ada di sana. Tapi mestinya yang butuh kualitas dia tetap memakai fotografer, misalnya wedding, itu sangat happening, karena selama 2 tahun ini langka. Kalau langka itu pasti nilainya tinggi," ungkapnya.
(hek/dna)