Jakarta -
PT KAI (Persero) berencana menggunakan Gajah Mada Electric Nose COVID-19 atau GeNose C19. Alat ini adalah pendeteksi COVID-19.
"Kami menyambut baik inovasi yang dihadirkan oleh anak bangsa dalam rangka menghadirkan layanan deteksi COVID-19 yang cepat, murah, dan akurat," ujar VP Public Relations KAI, Joni Martinus dalam keterangan resmi yang dikutip detikcom, Minggu (24/1/2021).
GeNose C19 adalah alat pendeteksi virus COVID-19 yang dikembangkan para peneliti di Universitas Gajah Mada (UGM) dan sudah mendapatkan izin edar dari Kementerian Kesehatan (Kemenkes). Pengambilan sampel dari GeNose C19 berupa embusan napas dan hasil tes dapat langsung diketahui hanya dalam waktu 3 menit.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Artikel mengenai GeNose C19 ini merupakan salah satu artikel paling dibaca detikcom. Selain itu, artikel lain yang paling banyak dibaca adalah orang kaya dunia ramai-ramai meninggalkan California karena negara itu dirasa membuatnya menderita. Mereka memilih pergi ke negara bagian seperti Texas, Arizona, dan Florida.
Simak artikel terpopuler detikcom sebagai berikut:
1. KAI Mau Pakai GeNose C19
VP Public Relations KAI Joni Martinus, mengatakan pihaknya berencana akan membeli GeNose C19 yang nantinya akan digunakan di berbagai stasiun kereta api. Tarifnya pun diperkirakan berkisar di Rp 20.000 untuk satu kali tes dengan akurasi di atas 90%.
"Saat ini KAI masih menunggu regulasi lebih lanjut dari pemerintah terkait penggunaan GeNose C19 tersebut pada moda transportasi umum," ujar Joni.
Penggunaan GeNose ini juga merupakan dukungan KAI terhadap produk dalam negeri yang merupakan bagian dari kampanye Bangga Buatan Indonesia yang sedang digalakan pemerintah pada masa Pandemi COVID-19.
"KAI mendukung penuh semua langkah dan kebijakan pemerintah untuk mencegah penyebaran COVID-19 di masyarakat. Penggunaan GeNose C19 pada transportasi kereta api merupakan kebanggaan tersendiri bagi KAI, karena dapat menjadi salah satu yang pertama menerapkan inovasi tersebut," kata Joni.
2. Orang Tajir Dunia Cabut dari California
Orang kaya dunia ramai-ramai meninggalkan California karena negara itu dirasa membuatnya menderita. Mereka memilih pergi ke negara bagian seperti Texas, Arizona, dan Florida.
Dilansir dari CNBC, Minggu (24/1/2021), pada tahun 2020 Oracle, Palantir, dan Hewlett-Packard Enterprise termasuk di antara perusahaan yang mengumumkan bahwa mereka akan memindahkan kantor pusat mereka dari Golden State.
Miliarder kaya dari industri teknologi yang memutuskan untuk pindah baru-baru ini termasuk Larry Ellison, Drew Houston, Joe Lonsdale, dan Elon Musk, yang saat ini orang terkaya di dunia.
Hal itu membuat populasi California dan pertumbuhan pekerjaannya melambat karena banyak kekhawatiran tentang pajak yang tinggi, biaya hidup yang tinggi dan peraturan yang berat. Dengan meningkatnya pekerjaan jarak jauh pada tahun 2020, lebih dari 135.000 orang telah meninggalkan California.
Meskipun beberapa nama besar berkomitmen tidak akan meninggalkan California, satu survei baru-baru ini menemukan bahwa dua dari setiap tiga pekerja Bay Area akan meninggalkan daerah tersebut secara permanen jika mereka terus bekerja dari rumah tanpa batas waktu.
Bay Area adalah sebuah area di San Francisco, Amerika Serikat (AS) yang di dalamnya terdapat Silicon Valley, pusat perusahaan teknologi. Dropbox, Twitter, dan Facebook adalah beberapa perusahaan Bay Area yang telah menawarkan pekerjaan jarak jauh permanen kepada sebagian besar karyawan.
3. Pengusaha Sanggup Vaksinasi Mandiri
Ketua Umum Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Indonesia Rosan P Roeslani memastikan pengusaha sanggup melaksanakan vaksinasi mandiri. Vaksinasi yang dibeli pengusaha ini nantinya akan digratiskan untuk karywan.
"Jadi, yang pertama ini adalah gratis ya untuk karyawan. Maksudnya gratis yang beli itu perusahaannya," kata Rosan kepada detikcom, Minggu (24/1/2021).
"Untuk keluarganya itu juga rencananya akan digratiskan juga bagi perusahaan yang masih mampu," sebutnya.
Menurutnya vaksinasi lebih efisien bagi perusahaan ketimbang harus rutin melaksanakan rapid test antigen ataupun PCR test terhadap karyawannya, yang biasanya dilakukan 2 minggu sekali atau 1 bulan sekali.
"Kalau ada yang bilang 'oh pengusaha kan lagi susah', tapi kan kita memang menjalankan protokol kesehatan juga dalam rangka kita menjalankan dunia usaha. Lebih efisien (vaksinasi). Jadi kalau ada yang bilang 'oh jadi cost tambahan', nggak, salah, malah ini akan mengurangi cost kita ke depan," tambahnya.
Simak Video "Video Update Situasi Kasus Covid-19 di Indonesia"
[Gambas:Video 20detik]