Presiden Joko Widodo (Jokowi) pernah berjanji untuk menyetop impor sejumlah komoditas pangan, termasuk daging sapi. Dirinya mengatakan akan membuat Indonesia berdaulat atas pangan atau swasembada.
Mantan Gubernur DKI Jakarta itu menyampaikan hal tersebut di Gedung Pertemuan Assakinah, Cianjur, Jawa Barat, Rabu (2/7/2014) silam. Kala itu ia menilai impor harus dihentikan karena Indonesia memiliki semua stok yang dibutuhkan.
"Kita harus berani stop impor pangan, stop impor beras, stop impor daging, stop impor kedelai, stop impor sayur, stop impor buah, stop impor ikan. Kita ini semuanya punya kok," kata dia.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Dengan berani menghentikan impor pangan, kata Jokowi, petani akan lebih bersemangat meningkatkan produksi.
"Bayangkan, kita jerih payah produksi, eh ada impor. Kejadian itu yang membuat kita malas berproduksi. Oleh sebab itu, petani harus dimuliakan," papar dia.
Namun, hal itu belum kesampaian hingga kini. Nyatanya, Indonesia masih bergantung pada daging impor.
Bahkan, Ketua Umum Asosiasi Pedagang Daging Indonesia (APDI) Asnawi mengungkapkan Kementerian Perdagangan (Kemendag) bakal memberikan izin impor sapi. Asal negaranya, Meksiko dan Australia.
Hal itu dilakukan dalam rangka stabilisasi harga daging sapi di Indonesia. Sebab, melambungnya harga komoditas tersebut sempat membuat pedagang mogok jualan pada Rabu lalu.
"Dalam stabilisasi harga dan kecukupan ketersediaan sapi siap potong, pemerintah dalam waktu dekat melalui Kementerian Perdagangan akan melakukan pemberian izin kepada para importir untuk melakukan impor sapi dari negara Meksiko dan sapi Slaugther dari Australia," kata dia melalui keterangan tertulis, Rabu (20/1/2021).
Menteri Pertanian (Mentan) Syahrul Yasin Limpo pernah menjelaskan Indonesia perlu menambah produksi sapi hingga 300 ton, setara 1,7 juta ekor untuk mencapai swasembada daging sapi.
"Kita butuh 700 ribu ton untuk makan daging. Kemampuan kita mempersiapkan saat ini 400 ribu ton. Angkanya tidak persis. Kalau gitu kita lost 300 ribu ton. Mau atau tidak kita harus impor. Tapi kapan ini bisa selesai kalau kita tidak intervensi," kata dia ditemui di Grand Ballroom Hotel Kempinski, Jakarta, Kamis (30/1/2020).
Bukan hal mudah untuk menggenjot produksi sapi untuk menutupi kekurangan yang terjadi selama ini.
"Kita cari ganjalannya. Kalau begitu intervensi kita adalah di kepala kita 300 ribu ton yang harus dipersiapkan. Itu setara kurang lebih antara 1,3 juta ekor sampai dengan 1,7 juta. 10 ribu saja banyak banget apalagi 1 juta kan?," jelasnya.
(toy/eds)