Serangan bajak laut di Teluk Guinea Afrika Barat marak lagi. Sabtu lalu perompak itu menyerang kapal kontainer Turki dan menculik 15 pelaut serta membunuh satu orang.
Dikutip dari Reuters, Selasa (26/1/2021) kata para ahli, bajak laut itu berasal dari Delta Niger yang bergolak di Nigeria. Wilayah ini menghasilkan sebagian besar minyak bumi negara, tetapi sangat terbelakang, tercemar oleh polusi dan memiliki pengangguran tertinggi di negara itu.
Sekelompok pria yang sangat membutuhkan uang terlibat dalam berbagai aktivitas ilegal namun menguntungkan, termasuk penculikan, pencurian dan penyulingan minyak, serta pembajakan. Inilah mereka yang disebut bajak laut.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Biro Maritim Internasional telah melacak penculikan di beberapa tahun terakhir. Menurut laporannya pembajakan itu telah mempengaruhi awak kapal tanker internasional. Laporan itu juga mengungkap bahwa sejumlah perusahaan diperas untuk membayar demi menebus anak buahnya yang diculik oleh bajak laut.
Baca juga: JK Tak Ingin Nelayan RI Seperti Somalia |
Kepala Perusahaan Keamanan Africa Risk Compliance Max Williams, mengatakan serangan Sabtu lalu yang menerpa kapal asal Turki dan awak kapalnya merupakan pelanggaran. Pembunuhan yang terjadi juga menjadi peningkatan peristiwa yang serius.
Maraknya pembajakan di Teluk Guinea ini akan berdampak kepada akan 20 negara di sekitarnya. Mengingat jalur perairan menjadi jalur utama untuk impor dan ekspor. Selain itu, biaya asuransi kapal dan tarif angkutan yang meningkat menjadi beban perusahaan.
Belum lagi jika mengalami penyerangan, biaya tebusan untuk mengembalikan awak kapal juga akan membebani perusahaan pelayaran setiap tahunnya.
Pembajakan di Teluk Guinea juga marak terjadi pada tahun lalu. Bajak laut diketahui telah menculik 130 pelaut dalam 22 insiden terpisah sepanjang 2020.