Jawa Barat (Jabar) kembali jadi provinsi yang realisasi investasinya tertinggi se-Indonesia di 2020 dengan total sebesar Rp 120,4 triliun. Hal itu sebelumnya disampaikan oleh Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) Bahlil Lahadalia.
Gubernur Jabar Ridwan Kamil membeberkan tips bagaimana Jabar bisa menjadi provinsi tertinggi dalam hal investasi. Dia mengaku dalam membujuk investor seperti sales pulpen (ballpoint).
"Saya itu melaksanakan apa yang Pak Menteri BKPM suruh, 'Pak Gub pokoknya lu jualan seheboh-hebohnya' jadi saya praktekkan mempromosikan Jabar pokoknya saya udah kayak sales ballpoint aja, ke mana ada orang yang kelihatannya punya potensi saya dekatin, saya ajak makan, saya fasilitasi," ungkapnya dalam webinar bertajuk 'Akselerasi Pemulihan Ekonomi', Selasa (26/1/2021).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Pria yang akrab disapa Kang Emil itu menyebut ada dua alasan Jabar sebagai tempat investasi favorit berdasarkan hasil survei kepada investor. Pertama karena infrastruktur yang lebih baik ketimbang provinsi lain, ditambah kehadiran Pelabuhan Patimban, kawasan industri Rebana yang akan memiliki 13 kota industri, dan proyek kereta api cepat yang ditargetkan rampung dalam dua tahun ke depan.
"Saya banyak dapat pertanyaan dari Duta Besar yang ingin kerja sama karena Patimban berada di wilayah Metropolitan Rebana, sebuah kawasan baru di mana akan ada 13 kota industri baru yang sedang kita konsepkan," ucapnya.
Ke-13 Kawasan Peruntukan Industri (KPI) tersebut katanya telah dilakukan groundbreaking dan proyek tersebut ditargetkan akan rampung dalam lima tahun mendatang. Salah satu investasi yang terbesar adalah proyek petrochemical city di mana CPC (Taiwan) sudah berkomitmen hingga Rp 300 triliun untuk investasi di Balongan dengan PT Pertamina (Persero).
"Mudah-mudahan dalam lima tahun ini akan luar biasa termasuk yang terbesar nomor 11 itu akan ada petrochemical city di mana CPC sudah komit sekitar Rp 300 triliun untuk menginvestasikan di Balongan dengan Pertamina dan lain-lain," tuturnya.
Alasan kedua yang membuat investor berminat dengan Jabar adalah tingkat produktivitas masyarakat di sana yang dinilai paling tinggi se-Indonesia dan tidak mengedepankan upah.
"Isu upah tidak selalu menjadi isu nomor satu dalam unit cost sebuah ekonomi, tetapi juga produktivitas. Ada yang pindah dari Jabar mereka balik lagi karena produktivitas hanya 60% dari apa yang kami kerjakan," ungkapnya.
(zlf/zlf)