Daya beli masyarakat Indonesia masih sangat rendah di tahun 2020 yang tercermin dari tingkat konsumsi rumah tangga. Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat realisasi konsumsi rumah tangga nasional berada di level minus 2,63% selama tahun 2020.
Kepala BPS Suhariyanto mengatakan rendahnya tingkat konsumsi rumah tangga Indonesia disebabkan oleh pandemi COVID-19 yang terjadi sejak Maret tahun lalu.
"Pertumbuhan ekonomi terkontraksi 2,07%. Kontraksi konsumsi rumah tangga di sana selama tahun 2020 alami kontraksi minus 2,36%," kata Suhariyanto dalam video conference, Jumat (5/2/2021).
Suhariyanto menyebut, konsumsi rumah tangga dan investasi atau pembentukan modal tetap bruto (PMTB) menjadi kontributor terbesar pada kelompok pengeluaran. Kedua komponen ini berkontribusi sebesar 89,40% terhadap produk domestik bruto (PDB) tahun 2020.
Pada kuartal IV-2020, Suhariyanto mengatakan tingkat konsumsi rumah tangga berada di level minus 3,61%. Angka ini lebih rendah dibandingkan kuartal III yang minus 4,05% dan kuartal II yang minus 5,52%, serta jauh lebih rendah dibandingkan kuartal I yang positif 2,83%.
Pria yang akrab disapa Kecuk ini mengungkapkan, rendahnya daya beli orang Indonesia disebabkan banyak faktor salah satunya pandemi COVID-19. Menurut dia, pandemi berhasil membuat mobilitas masyarakat menurun dan berujung pada kehilangan penghasilan.
"Banyak indikator yang tercermin misalnya terkontraksinya penjualan eceran secara dalam, terkontraksi impor barang konsumsi, terkontaksinya penjualan mobil dan motor," ungkap dia.
Sementara untuk komponen pengeluaran lainnya, Kecuk mengatakan hanya konsumsi pemerintah yang mengalami pertumbuhan yaitu 1,94% selama tahun 2020. Untuk pengeluaran konsumsi LNPRT minus 4,29%, investasi atau PMTB minus 4,95%, ekspor minus 7,70%, dan impor minus 14,71%.
Saksikan juga Video "Gegara Corona, Daya Beli Masyarakat Hilang Rp 362 Triliun":