Masih Resesi, Begini Kondisi Terkini Ekonomi RI

Masih Resesi, Begini Kondisi Terkini Ekonomi RI

Hendra Kusuma - detikFinance
Jumat, 05 Feb 2021 12:10 WIB
Menkeu Sri Mulyani memperkirakan pertumbuhan ekonomi semester I 2018 diprediksi 5,1 persen. Angka tersebut masih menunggu hasil BPS yang dirilis awal Agustus.
Ilustrasi/Foto: Agung Pambudhy
Jakarta -

Ekonomi Indonesia sudah masuk jurang resesi sejak kuartal III-2020. Hal itu menyusul realisasi perekonomiannya berada di zona negatif yaitu minus 3,49%, setelah pada kuartal sebelumnya minus 5,32%.

Resesi adalah kondisi di mana pertumbuhan ekonomi mengalami kontraksi secara dua kuartal berturut-turut. Dengan begitu, selama bulan November tahun lalu hingga saat ini ekonomi Indonesia masih resesi.

Badan Pusat Statistik (BPS) mengumumkan pertumbuhan ekonomi Indonesia minus 2,07% di tahun 2020. Setelah pada kuartal IV realisasinya minus 2,19%. Sepanjang tahun 2020, hanya pertumbuhan kuartal I yang positif yaitu 2,97%.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Sementara sisanya berada di zona negatif semua, yaitu masing-masing minus 5,32% di kuartal II, lalu minus 3,49% di kuartal III, dan minus 2,19% di kuartal IV.

"Jadi sekali lagi, pertumbuhan ekonomi Indonesia terkontraksi 0,42% secara q-to-q, dan YoY minus 2,19% di 2020. Secara kumulatif alami kontraksi 2,07%," kata Kepala BPS Suhariyanto dalam video conference, Jumat (5/2/2021).

ADVERTISEMENT

Selama kuartal IV-2020, BPS menangkap beberapa catatan peristiwa penting yang terjadi di Indonesia. Khususnya peristiwa yang terjadi selama ekonomi nasional mengalami resesi.

Suhariyanto mengatakan perekonomian berbagai negara di kuartal IV membaik meskipun perkembangannya masih lemah. Hal ini terlihat dari indeks PMI global yang menunjukkan peningkatan pada bulan Oktober namun melambat lagi di November dan Desember 2020.

"Perbaikan ini terhambat oleh tingginya kasus COVID-19 secara global," ujarnya.

Harga komoditas, dia menyebut seperti pangan yaitu minyak kelapa sawit dan kedelai serta komoditas hasil tambang seperti timah, bijih besi, dan tembaga di pasar internasional mengalami peningkatan baik secara q-to-q maupun YoY. Namun begitu, beberapa ekonomi negara mitra dagang Indonesia masih terkontraksi.

Selama resesi, terjadi inflasi sebesar 0,79% secara q-to-q, dan terjadi inflasi sebesar 1,68% secara YoY. Untuk realisasi belanja negara mencapai Rp 732,74 triliun selama kuartal IV-2020 atau naik dari periode yang sama tahun sebelumnya yaitu sebesar Rp 704,22 triliun.

Untuk realisasi penanaman modal yang tercatat di BKPM sebesar Rp 214,7 triliun selama resesi di 2020. Angka ini naik 2,7% dibandingkan kuartal III atau naik 3,1% secara YoY. Mengenai jumlah wisatawan mancanegara (wisman) atau turis yang berkunjung ke tanah air tercatat 462,47 ribu selama resesi atau turun 88,45% secara YoY.

Tonton juga Video: Penjelasan BPS Soal Ekonomi RI 2020 Terburuk Sejak Krismon 98

[Gambas:Video 20detik]



Selanjutnya, kata Suhariyanto adalah produksi mobil di kuartal IV-2020 mencapai 206.937 unit atau naik sebesar 82,21% dibandingkan kuartal sebelumnya. Namun turun 38,09% secara YoY. Untuk penjualannya mobil secara wholesale atau sampai tingkat dealer mencapai 159.981 unit atau naik 43,98 dibandingkan kuartal III dan turun 41,83% dibandingkan periode yang sama tahun 2019.

Begitu juga dengan penjualan sepeda motor sampai tingkat dealer atau wholesale, yaitu mencapai 786.502 unit atau turun 20,56% dibandingkan kuartal III dan turun sebesar 49,83% secara YoY.

"Penjualan sepeda motor ini mencerminkan konsumsi masyarakat lapisan bawah," katanya.

Terakhir, mengenai produksi semen yang mencapai 18,53 juta ton di kuartal IV-2020 atau naik 2,91% dibandingkan kuartal sebelumnya. Namun demikian turun 13,87% dibandingkan periode yang sama tahun 2019.

Sedangkan dari sisi pengadaan semen dalam negeri tercatat sebesar 18,06 juta ton selama resesi atau naik 3,11% dibandingkan kuartal sebelumnya dan turun 13,85% secara YoY.

"Dengan memperhatikan peristiwa tersebut, maka pertumbuhan ekonomi pada kuartal IV secara q-to-q kontraksi 0,42%, kalau YoY alami kontraksi 2,19%, dan secara kumulatif mengalami kontraksi 2,07%," ungkap pria yang akrab disapa Kecuk ini.


Hide Ads