Pertumbuhan ekonomi Indonesia minus 2,07% di tahun 2020. Hal itu menyusul mayoritas kinerja komponen pengeluaran tumbuh negatif di sepanjang tahun lalu. Hanya ada satu komponen yang kinerjanya masih positif yaitu konsumsi pemerintah.
Hal itu diungkapkan Kepada Badan Pusat Statistik (BPS) Suhariyanto dalam video conference, Jumat (5/2/2021).
"Dilihat dari sisi pengeluaran, pertumbuhan ekonomi Indonesia tahun 2020 minus 2,07%. Tadi kita bisa lihat seluruh komponen alami pertumbuhan negatif kecuali konsumsi pemerintah," kata Suhariyanto.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Berdasarkan catatan BPS, komponen pengeluaran yang berasal dari konsumsi rumah tangga dan investasi atau pembentukan modal tetap bruto (PMTB) berkontribusi sebesar 89,40% terhadap produk domestik bruto (PDB).
Namun realisasinya di sepanjang tahun 2020 berada di zona negatif. Untuk konsumsi rumah tangga realisasinya minus 2,63%. Pengeluaran konsumsi LNPRT minus 4,29%, investasi atau PMTB minus 4,95%, ekspor minus 7,70%, impor minus 14,71%. Sedangkan konsumsi pemerintah positif 1,94%.
"Kalau investasi selama 2020 negatif 4,95% dan kalau kita lihat PMTB ini sumber kontraksi yang terdalam yaitu minus 1,63%," jelasnya.
Dengan kata lain, investasi atau PMTB menjadi penyebab terbesar bagi realisasi pertumbuhan ekonomi yang minus 2,07% pada tahun 2020. Penyebab kedua berasal dari konsumsi rumah tangga yang minus 1,43%, konsumsi LNPRT yang minus 0,05%. Sementara komponen pengeluaran lainnya yang positif 0,89% dan konsumsi pemerintah positif 0,15%.
"Dengan menurunnya pertumbuhan ekonomi Indonesia yaitu minus 2,07%, maka PDB per kapita alami penurunan seiring bertambahnya jumlah penduduk Indonesia, yaitu sebesar Rp 56,9 juta per kapita atau setara US$ 3.911,7," ungkapnya.