Perekonomian Indonesia sudah berada pada tren pemulihan ekonomi meski masih berada di level negatif. Pada tahun 2020, realisasi ekonomi nasional minus 2,07% menyusul angka pada kuartal IV yang minus 2,19%.
Angka pertumbuhan pada kuartal IV-2020, mengalami perbaikan dibandingkan dengan kuartal II dan kuartal III yang masing-masing minus 5,32% dan minus 3,49%.
Peneliti dari CORE Indonesia, Yusuf Rendy Manilet menilai pemerintah harus lebih mempertajam penanganan COVID-19 jika tak ingin resesi berlangsung lebih lama. Pasalnya, pelaksanaan pemberlakuan pembatasan kegiatan masyarakat (PPKM) Jawa Bali belum bisa menekan angka penyebaran Corona.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Jika kondisi berlangsung setidaknya sampai dengan akhir bulan ini (Februari), maka besar potensi level pertumbuhan ekonomi di kuartal I masih akan berada di level negatif," kata Yusuf saat dihubungi detikcom, Jakarta, Sabtu (6/2/2021).
Pemerintah telah menjalankan kebijakan PPKM Jawa Bali sejak tanggal 11 Januari hingga 25 Januari 2021. Beberapa wilayah di Jawa Bali bahkan ada yang melanjutkannya hingga pekan pertama di Februari tahun ini.
"Kebijakan PPKM harus dikombinasikan dengan kebijakan lainnya seperti test, tracing, treatment (3T) yang masif," ujarnya.
Menurut dia, kebijakan pembatasan bersamaan dengan penerapan 3T yang kuat berhasil menurunkan angka terpapar COVID-19. Seperti yang terjadi di Korea Selatan, India, dan Vietnam.
Ekonom dari Universitas Indonesia (UI) Ninasapti Triaswati mengatakan kunci dari pemulihan ekonomi nasional adalah penerapan protokol kesehatan (prokes) yang disiplin dan mempercepat serta memperluas pelaksanaan vaksinasi COVID-19.
"Penanganan pandemi yang lamban akan memberikan ekspektasi buruk pada perekonomian sehingga menekan laju pertumbuhan ekonomi," ungkap Nina.
Kementerian Keuangan menanggapi realisasi pertumbuhan ekonomi nasional yang minus 2,07% di tahun 2020. Secara keseluruhan, instansi yang dipimpin Sri Mulyani Indrawati ini menyatakan lebih baik dibandingkan banyak negara ASEAN maupun G20.
Kepala Badan Kebijakan Fiskal (BKF) Febrio Kacaribu mengatakan realisasi pertumbuhan ekonomi yang minus 2,07% ini juga sesuai dengan proyeksi pemerintah yang berada di rentang minus 2,2% sampai minus 1,7% di tahun 2020.
"Kinerja pertumbuhan ekonomi ini lebih baik dibandingkan banyak negara di ASEAN maupun G20 yang mengalami kontraksi cukup dalam," katanya dalam keterangan resmi yang dikutip.
Lihat juga Video: Penjelasan BPS Soal Ekonomi RI 2020 Terburuk Sejak Krismon 98