Mantan Menkeu Nigeria Bakal Jadi Wanita Pertama yang Pimpin WTO

Mantan Menkeu Nigeria Bakal Jadi Wanita Pertama yang Pimpin WTO

Anisa Indraini - detikFinance
Senin, 08 Feb 2021 10:19 WIB
dw
Foto: Getty Images/AFP
Jakarta -

Ngozi Okonjo-Iweala akan menjadi wanita pertama dan orang Afrika pertama yang memimpin Organisasi Perdagangan Dunia (WTO). Peluang itu terbuka lebar setelah kandidat calon Ketua WTO dari Korea Selatan (Korsel) menarik diri dari ajang pemilihan.

Menteri Perdagangan Korea Selatan (Korsel), Yoo Myung-hee mengumumkan keputusannya untuk mundur. Dia mengaku keputusan itu telah direstui Amerika Serikat (AS).

"WTO sudah terlalu lama tidak memiliki pemimpin," kata dia dikutip dari CNN, Senin (8/2/2021).

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

AS saat di bawah pemerintahan Donald Trump sebenarnya lebih menyukai Yoo. Hal ini yang sempat mempersulit proses pengambilan keputusan karena pemilihan pemimpin baru WTO mengharuskan semua anggota setuju.

Kabar baiknya, Presiden Joe Biden akhirnya menyatakan dukungan kuatnya untuk Ngozi Okonjo-Iweala. Dukungan itu menambah deretan negara yang mendukungnya. Selain AS, dukungan luas datang dari para anggota WTO lain, termasuk Uni Eropa, China, Jepang dan Australia.

ADVERTISEMENT

Ngozi Okonjo-Iweala adalah perempuan asal Nigeria yang sebelumnya merupakan ekonom dan mantan Menteri Keuangan Nigeria. Biden memuji pengalamannya itu dan berjanji untuk bekerja dengannya bersama melakukan reformasi yang diperlukan.

Badan yang bermarkas di Jenewa ini merupakan penjaga agar perdagangan bebas berlangsung adil bagi negara-negara di dunia. Pimpinan sebelumnya, Direktur Jenderal Roberto Azevêdo diketahui mengundurkan diri setahun lebih awal dari yang direncanakan pada akhir Agustus 2020.

Mundurnya Azevêdo usai WTO terjebak di tengah pertarungan perdagangan yang meningkat antara AS-China. Kala itu, di bawah Kepemimpinan Donald Trump, dia selalu mengkritik kinerja WTO.

Ngozi Okonjo-Iweala harus bisa mengambil kendali atas sebuah organisasi yang telah berjuang untuk mencegah perselisihan perdagangan di antara anggotanya. Di sisi lain, Joe Biden telah mengambil langkah-langkah untuk memulihkan dukungan bagi lembaga multilateral.

Dalam pidatonya di Departemen Luar Negeri pekan lalu, Biden berjanji untuk mengembalikan diplomasi ke pusat kebijakan luar negeri AS, tetapi juga berhati-hati untuk menekankan bahwa kebijakan luar negeri harus menguntungkan kelas menengah Amerika.


Hide Ads