Indonesia mempunyai gedung latihan tempur seperti kapal tempur pertama dan satu-satunya di ASEAN. Fasilitas latihan tempur yang dimaksud adalah Gunnery Firing Range (GFR) berlokasi di Paiton, Kabupaten Probolinggo, Jawa Timur buatan BUMN PT Len Industri.
GFR mulai difungsikan pertama kali oleh Komando Pendidikan Operasi Laut (Kodikopsla Kodiklatal) pada awal tahun 2020 dan dibangun sejak 2018. Fasilitas ini mirip seperti yang sudah ada di Italia dan di Australia.
"Insyaallah ada rencana, GFR ini akan dikembangkan lagi dengan menambahkan meriam kaliber 57mm dan 40mm. CMS-nya (Combat Management System) juga pasti akan di-upgrade berarti, karena ada fitur yang harus ditambahkan lagi. Kita siap mendukung ini," ujar Direktur Bisnis dan Kerjasama PT Len Industri (Persero) Wahyu Sofiadi dalam keterangan resminya, Rabu (17/2/2021).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Wahyu menjelaskan GFR yang merupakan fasilitas pelatihan ini dapat digunakan untuk mengasah manajemen tempur prajurit artileri yang sedang menempuh pendidikan di Pusdikpel Kodikopsla Kodiklatal. Sistem ini dapat dipergunakan secara intensif oleh TNI-AL. Selain itu, GFR juga dapat menjadi prasarana pengembangan doktrin tempur TNI AL.
"Bahkan GFR juga bisa dikembangkan agar dapat menembak target di udara atau anti air warfare. Dengan syarat GFR harus dilengkapi dengan radar tracking, karena yang sekarang baru dilengkapi dengan radar navigasi," sambungnya.
![]() |
Baru-baru ini, TNI Angkatan Laut melalui Dinas Materiel Senjata dan Elektronika TNI AL (Dissenlekal) melaksanakan uji fungsi amunisi 76mm Otomelara yang merupakan hasil pengadaan Dissenlekal di Pusat Latihan Tempur GFR tersebut.
Amunisi itu melesat sempurna ditembakkan melalui remote dengan menggunakan Combat Management System (CSM) yang ada di gedung GFR tersebut. CSM sendiri sudah dikembangkan LEN sejak 2010. CSM terdiri dari sensor-sensor dan efektor atau persenjataan.
Selain CMS, gedung GFR ini juga punya fasilitas sensor dan persenjataan lainnya layaknya kapal perang yang dapat digunakan untuk latihan operasional pertempuran di kapal. Khususnya prosedur penembakan menggunakan meriam tanpa harus mengoperasikan kapal perang di laut. Len juga berencana merefurbis senjata meriam OTO Melara KRI Slamet Riyadi (352) untuk diintegrasikan pada GFR tersebut.
"Amunisi yang diujikan ini diperuntukkan bagi meriam 76mm Otomelara yang saat ini telah terpasang di beberapa KRI. Saya berharap ke depan tidak hanya meriam 76mm saja yang dapat dimanfaatkan untuk pelaksanaan uji fungsi, namun juga meriam tipe lainnya dengan juga melibatkan siswa-siswa Kodiklatal," kata Kadissenlekal Laksamana Pertama TNI Endarto Pantja saat menyaksikan uji fungsi amunisi tersebut, Kamis (11/2).
Dengan berhasilnya uji fungsi ini, maka baik fasilitas GFR Kodiklatal maupun amunisi 76mm telah siap digunakan untuk mendukung latihan dan operasional TNI AL.
![]() |
Saksikan juga 'Taiwan Pamer Pesawat Tempur dengan Rudal Jelajah':