Jakarta -
Menteri Koperasi dan Usaha Kecil Menengah (Menkop UKM) Teten Masduki mengungkap sulitnya ekspor Indonesia. Hal itu dikarenakan banyaknya syarat yang ditetapkan negara tujuan dan harus dipenuhi eksportir.
Teten mencontohkan untuk ekspor pisang ke Eropa dan Amerika, eksportir harus memiliki 21 sertifikat. Padahal persyaratan jumlah sertifikat itu tak ada hubungannya dengan kualitas barang yang diekspor.
"Untuk satu pisang saja butuh 21 sertifikat untuk masuk pasar Eropa dan Amerika. Saya tanya sertifikat apa? Ya sebenarnya hanya untuk mempersulit ekspor saja, bukan berkaitan dengan kualitas dan sebagainya," kata Teten dalam peresmian program 500K Eksportir Baru yang dilihat virtual, Rabu (17/2/2021).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Untuk itu, Teten meminta agar Indonesia jangan terlalu mempermudah impor, kalau untuk ekspor saja masih dipersulit. Dia menilai syarat untuk ekspor dan impor harus seimbang antarnegara.
"Untuk itu jangan mudah juga lah, mungkin kalau kita impor juga harus tambah juga lah sertifikatnya. Jangan kalau kita ekspor sulit, kalau impor kita permudah lah ini saya kira harus kita atur juga," ucapnya.
Menurutnya izin ekspor harus lebih dipermudah agar Indonesia bisa menciptakan 500.000 eksportir baru sampai 2030. Dia menyebut banyak komoditas Indonesia yang bisa diekspor mulai dari pertanian, perikanan, produk herbal, baju muslim, hingga buah-buahan seperti salak.
Bagaimana caranya? Klik halaman selanjutnya.
Tonton juga Video: KKP Bakal Tingkatkan Ekspor Udang ke AS dan China Hingga 250%
[Gambas:Video 20detik]
Teten memastikan pihaknya akan menyiapkan kapasitas dan daya saing produk UKM seperti pendampingan berkelanjutan sampai mereka siap ekspor. Hal itu dilakukan untuk mencetak 500.000 eksportir baru sampai 2030.
"Kami sudah minta deputi kami menginventarisir produk-produk UKM yang potensial untuk ekspor, kita dampingi sampai memang mereka siap ekspor, jadi memang izin-izin ini harus kita permudah termasuk dukungan logistiknya," kata Teten.
Dalam kesempatan yang sama, Menteri Perdagangan (Mendag) Muhammad Lutfi mengatakan pihaknya akan membantu cetak 500.000 eksportir baru sampai 2030 dengan cara mencarikan pangsa pasar untuk ekspor. Dia menargetkan untuk membuat perencanaan dan akan diselesaikan pada Februari ini.
"Jadi Pak Teten ini di tempat Bapak pengusahanya. Programnya, software-nya, isinya ada di tempat saya, saya pokoknya kita Pak Dirjen bulan Februari ini selesai apa yang harus kita kerjakan, bongkar dulu semuanya agar update dengan market, apa yang bisa dikerjakan dan langsung dengan pengusaha," jelasnya.
Untuk mencapai target 500.000 eksportir baru di 2030, pihaknya juga akan menyasar kampus-kampus di Indonesia. Hal itu dilakukan untuk membuat anak muda lebih terdorong menjadi pengusaha dan melakukan ekspor.
"Kita mohon sekolah ini didukung, kita juga akan masuk ke kampus-kampus, mengajak anak-anak kita menjadi pemain luar karena kalau kuat di luar, dia di dalam lebih tahan banting," kata Ketua Umum Gabungan Perusahaan Ekspor Indonesia (GPEI) Benny Soetrisno dalam kesempatan yang sama.