Banyak perusahaan tengah bertranformasi ke arah digital. Bukan tanpa alasan, hal itu didorong oleh potensi pasar ekonomi digital di Indonesia yang sangat besar ditandai dengan maraknya aktivitas belanja online.
Direktur Digital Business PT Telkom Indonesia (Persero) Tbk Muhammad Fajrin Rasyid mengatakan, ekonomi digital Indonesia diprediksi mencapai US$ 44 miliar. Menurutnya, angka tersebut akan meningkat pesat sampai US$ 124,1 miliar di 2025.
"Tahun 2020 ekonomi digital Indonesia diprediksi di sekitar US$ 44 miliar, ini angka yang besar tetapi kalau melihat tren ke depan dalam 5 tahun ini masih akan tumbuh pesat lagi ke angka US$ 120-an miliar, jadi dalam 5 tahun saja ada pertumbuhan tiga kali lipat," katanya dalam acara Young Business Leaders Award 2021, Kamis (18/2/2021).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Sehingga, lanjut dia, jika saat ini sedang tren belanja atau bisnis online maka hal itu belum ada apa-apanya. Sebab, ekonomi digital Indonesia masih bisa tumbuh pesat.
"Jadi kalau misalkan dibilang bahwa 'Oh sekarang sedang ngetren nih belanja online atau bisnis online'. Saya mau sampaikan ini belum ada apa-apanya, masih sangat besar pertumbuhan dari pasar digital ini ke depan sehingga menjadi pertanyaan buat kita adalah siapa yang akan menikmati pertumbuhan ini? Mudah-mudahan kita tidak hanya berperan sebagai customer atau market tetapi menjadi elemen yang aktif terlibat di dalamnya," paparnya,
Dia melanjutkan, pertumbuhan ekonomi digital ini juga dipacu dengan pandemi COVID-19. Sebab, banyak kegiatan yang sebelumnya dilakukan secara offline bergeser ke online.
Dia bilang, berdasarkan data Kementerian Koordinator Bidang Perekonoman transaksi e-commerce mengalami pertumbuhan 400% saat pandemi.
"Di sisi lain pandemi COVID-19 ini ternyata memiliki efek atau dampak adopsi digital yang semakin cepat atau yang terakselerasi. Data dari Kemenko Perekonomian mengatakan bahwa 400% transaksi pertumbuhan transaksi e-commerce terjadi selama pandemi," ujarnya.
Dia menambahkan, tidak hanya jumlah transaksi yang mengalami kenaikan, orang baru yang belanja online pun mengalami kenaikan.
"Dan yang menarik adalah tidak hanya dari sisi jumlah transaksi, tidak hanya orang yang sebelumnya belanja online menjadi belanja online lebih sering, tapi ada 37% itu orang baru yang sebelumnya belum pernah belanja online jadi tipe konsumen baru yang karena pandemi ini terpaksa ke online," ujarnya.
(acd/dna)