Bos dari bank asal Amerika Serikat (AS) Goldman Sachs, David Solomon menolak sistem kerja jarak jauh atau work from home (WFH) sebagai transformasi bekerja di era new normal.
Dia mengungkap selama 2020 hanya 10% karyawan yang bekerja di kantor. Menurutnya sistem bekerja seperti itu bukan budaya kerja bagi Goldman Sachs dan merupakan penyimpangan dalam dunia kerja.
"Saya pikir untuk bisnis seperti kami, yang merupakan budaya magang kolaboratif yang inovatif, ini tidak ideal untuk kami, dan itu bukan normal baru. Ini adalah penyimpangan yang akan kami perbaiki secepat mungkin," katanya, dikutip dari BBC, Jumat (26/2/2021).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Namun, sejumlah pekerja mendambakan WFH. Salah satu pekerja bernama Tom (35) mengatakan WFH membuatnya lebih banyak waktu dan terlibat dengan kegiatan anak-anaknya selama pandemi.
"Saya benar-benar tidak ingin kembali ke kantor. Saya menemukan kurangnya pemahaman dan dukungan dari para direktur yang lebih tua, serta keinginan mereka untuk kembali ke kantor," katanya.
Bos dari bank asal Inggris Barclays, Jes Staley juga mengungkapkan harapannya agar vaksin membuat karyawan untuk kembali ke kantor.
Namun, ada sejumlah kantor yang rencananya akan memperpanjang WFH, bahkan menetapkan WFH secara permanen. Lloyds Banking Group berencana untuk memangkas jumlah ruang kantor sebesar 20% dalam tiga tahun, dan HSBC telah mengumumkan pemotongan ruangan kantornya sebesar 40%.
Perusahaan teknologi, juga tampak lebih antusias dengan sistem WFH. Microsoft, Facebook dan Twitter kompak mengizinkan karyawannya untuk WFH secara permanen.
Facebook sendiri telah mengumumkan setengah dari stafnya dapat bekerja dari jarak jauh dalam lima hingga 10 tahun. Tetapi raksasa media sosial itu mengisyaratkan jika pekerja WFH akan menerima gaji lebih rendah, karena pengeluaran mereka akan lebih sedikit.
(ara/ara)