Ekspor Pisang 64 Ton/Bulan, Koperasi di Lampung Dipuji Menkop UKM

Ekspor Pisang 64 Ton/Bulan, Koperasi di Lampung Dipuji Menkop UKM

Abu Ubaidillah - detikFinance
Minggu, 28 Feb 2021 22:13 WIB
Menkop UKM Teten Masduki
Foto: Kemenkop UKM
Jakarta -

Koperasi Tani Hijau Makmur di Kabupaten Tanggamus, Lampung yang bermitra dengan PT Great Giant Pineapple (GGP) untuk menggarap lebih dari 400 hektare lahan pohon pisang berhasil mengekspor 64 ton pisang atau 14.266 box per bulan pada 2020. Tujuan ekspornya antara lain China, Malaysia, Singapura, dan Timur Tengah.

Menteri Koperasi dan UKM, Teten Masduki terkesan dengan kemitraan yang dikembangkan oleh koperasi yang memiliki jumlah anggota 820 orang petani tersebut. Teten mengatakan kemitraan antara UMKM, termasuk petani melalui koperasi dengan usaha besar menjadi prioritas Kemenkop UKM dan merupakan strategi untuk mendorong UMKM naik kelas.

"Kami pelajari selama ini, petani yang kepemilikanlahannya sempit-sempit, tidak mungkin bisa membangun corporate farming yang bisa menghasilkan produk yang konsisten, mutunya bagus dan meningkatkan kesejahteraan. Hampir tidak mungkin. Perlu kemitraan, karena jika petani orang-perorang berhadapan dengan pasar, itu kurang menguntungkan bagi petani. Jadi, biar koperasi itu yang urus ke sana (pasar)," kataTeten dalam keterangan tertulis, Minggu (28/02/2021).

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Pernyataan ini disampaikan Teten ketika berkunjung ke Koperasi Tani Hijau Makmur. Ia menegaskan melalui koperasi kebutuhan bahan baku produksi bisa dipenuhi dengan harga yagn lebih murah. Standar kualitas hasil produksi juga bisa dijaga dengan akses pasar yang terjamin.

Koperasi Tani Hijau Makmur telah menunjukkan koperasi bisa membangun organisasi dan manajemen yang profesional serta kemitraan yang terbuka luas. Ia mengatakan, model kemitraan antara Koperasi Tani Hijau Makmur dan PT Great Giant Pineapple bisa dikembangkan di tempat lain.

ADVERTISEMENT

"Lampung ini ternyata hebat. PT GGP juga pemasok nanas kaleng terbesar di dunia. Selain itu di sini kan juga ada jambu kristal yang bisa dikembangkan. Saya kira itu bisa dilakukan dalam skala-skala lahan yang sempit terutama di Jawa. Jadi saya kira Lampung banyak model yang bisa kita kembangkan," ucapnya.

Sebagai informasi, menurut data BPS tahun 2018 pisang adalah buah-buahan penyumbang devisa terbesar kedua untuk Indonesia setelah nanas dengan nilai US$ 14,6 juta atau sekitar Rp 204 miliar. Pada masapandemi juga masih bertahan dengan US$ 11,15 juta atau setara Rp 163 miliar dengan volume 22.000 ton.

Produktivitas hasil pertanian yang baik di Lampung ini tak lepas dari keuletan masyarakat yang menggarap lahan perhutanan sosial dengan optimal. Ia berharap petani yang mendapat sertifikat tanah perhutanan sosial bisa memanfaatkan tanahnya dengan baik dan menjadi pusat pertumbuhan ekonomi.

Menteri Agraria dan Tata Ruang, Sofyan Djalil mengatakan selama ini tanah perhutanan sosial yang dibagikan ke masyarakat kerap tidak dimanfaatkan dan bahkan digadaikan. Karena itu ia mendukung program Kemenkop UKM yang mendorong petani bergabung dalam koperasi sehingga pengelolaan tanah untuk pertanian bisa maksimal.




(ega/dna)

Hide Ads