Siapa Bilang BUMN Nggak Bisa Duet Bareng Swasta? Ini Buktinya

Siapa Bilang BUMN Nggak Bisa Duet Bareng Swasta? Ini Buktinya

Achmad Dwi Afriyadi - detikFinance
Rabu, 03 Mar 2021 17:00 WIB
Poster
Foto: Edi Wahyono
Jakarta -

Isu BUMN menguasai proyek sempat muncul beberapa waktu lalu. Hal itu pun pernah dikeluhkan oleh para pengusaha.

Saat ini, pemerintah berupaya menggandeng swasta untuk terlibat dalam sejumlah proyek.

Menampik pandangan itu, Menteri BUMN Erick Thohir mengatakan, sudah banyak proyek BUMN yang telah dikerjasamakan dengan swasta. Ia berharap lebih banyak lagi swasta yang terlibat proyek dengan BUMN.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Dia menyebut, pertama, industri baterai kendaraan lisrik atau EV baterry. Dalam proyek ini, BUMN menggandeng beberapa perusahaan global yakni CATL dan LG Chem.

"Kami telah melibatkan pemain global di berbagai industri seperti CATL dari China dan LG Charm dari Korea untuk berkolaborasi dan mengambil bagian dalam mengembangkan ekosistem baterai EV nasional, dan tentu saja kami berharap dapat bermitra dengan lebih banyak perusahaan swasta, terutama perusahaan lokal," kata Erick dalam acara MNC Group Investor Forum 2021, Rabu (3/3/2021).

Kedua, Kawasan Industri Batang. Di kawasan seluas 4.300 ha ini BUMN bertanggungjawab untuk mengembangkan infrastruktur dasar.

ADVERTISEMENT

"Sedangkan investor swasta dapat fokus pada bisnisnya dengan menjadikan Kawasan Industri Batang sebagai pusat otomotif, ICT dan pusat manufaktur elektronik," ujarnya.

Ketiga, Sarinah. Saat ini, departement store pertama di Indonesia sedang melakukan renovasi. Perusahaan yang memasarkan produk lokal ini nantinya juga akan menggaet swasta.

"Sarinah juga menjalin kemitraan dengan Dufry, rantai duty free terbesar dengan menawarkan 420 lokasi di seluruh dunia untuk menjual produk merek lokal Indonesia tertentu di gerai mereka secara global," katanya.

Keempat, Sovereign Wealth Fund atau Lembaga Pengelola Investasi (LPI). Lembaga ini akan mendanai proyek-proyek infrastruktur di Indonesia seperti tol, bandara dan pelabuhan. Di situ, swasta dapat terlibat melalui kemitraan ekuitas.

"INA diharapkan dapat memacu pembangunan nasional dan menarik investasi asing baru melalui kemitraan ekuitas bukan instrumen utang," tambahnya.

Kelima, zona ekonomi khusus Sanur. Erick menilai Sanur memiliki potensi besar untuk wisata kebugaran dan kesehatan. Menurutnya, swasta bisa bekerja di wilayah tersebut.

"Kami sangat senang dengan potensi sinergi antara pemerintah, BUMN serta investor lokal dan global," ujarnya.




(acd/dna)

Hide Ads