Di Depan Jokowi, M Lutfi Curhat Ritel Anjlok 19,2% Gegara Pandemi

Di Depan Jokowi, M Lutfi Curhat Ritel Anjlok 19,2% Gegara Pandemi

Soraya Novika - detikFinance
Kamis, 04 Mar 2021 16:49 WIB
Eks Mendag era SBY M Lutfi menyampaikan capaian Presiden Jokowi di forum USINDO
Foto: dok. TKN KIK
Jakarta -

Menteri Perdagangan Muhammad Lutfi beberkan kondisi perdagangan Indonesia sepanjang 2020. Di hadapan Presiden Joko Widodo, ia mengakui perdagangan RI mengalami pelemahan baik di perdagangan besar maupun eceran atau ritel.

Pelemahan paling terasa terjadi di perdagangan ritel yang didominasi UMKM dan sektor informal sampai anjlok 19,2%.

"Perdagangan ritel yang didominasi oleh UMKM dan sektor informal mengalami tekanan yang cukup berat akibat pandemi COVID-19 yang tercermin pada real sales index (RSI) pada bulan Desember 2020 hanya mencapai indeks 190,1 atau terkoreksi sedalam 19,2% dibandingkan tahun sebelumnya," ujar Lutfi dalam Pembukaan Rapat Kerja Kementerian Perdagangan 2021, Kamis (4/3/2021).

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Bila dirinci per industrinya, perdagangan kendaraan motor jadi salah satu yang paling terpuruk selama pandemi.

"Perdagangan kendaraan bermotor yang menjadi salah satu indikator transaksi perdagangan mengalami koreksi sebesar 3,72%," ungkapnya.

ADVERTISEMENT

Akan tetapi, menurut perhitungan lapangan usahanya, sektor perdagangan, sambung Lutfi masih mampu memberikan kontribusi sebesar Rp 1.995,4 triliun atau setara dengan 12,93% terhadap produk domestik bruto (PDB) RI.

Sementara itu, berdasarkan pendekatan pengeluarannya, nilai total barang dan jasa yang diperdagangkan yang dicerminkan oleh nilai konsumsi masyarakat dalam negeri juga masih memberi kontribusi sebesar 58,97% dalam pendapatan nasional.

"Di tambah dengan kontribusi ekspor barang dan jasa sebesar 17,17% disertai dengan impor sebesar 16,2%," imbuhnya.

Maka tak heran, dibanding negara lain, neraca perdagangan RI masih mencatatkan surplus sampai sebesar US$ 21,7 miliar.

"Surplus tersebut lebih dikarenakan nilai impor Indonesia yang turun lebih besar daripada ekspor," katanya.

Lutfi merinci 81,2% dari total ekspor Indonesia adalah dalam bentuk barang industri primer dan produk manufaktur.

"Yang menunjukkan transformasi nyata bahwa Indonesia telah menjadi kekuatan industri dan tidak lagi hanya mengekspor barang mentah dan barang setengah jadi," tambahnya.

Pada tahun 2020 ekspor Indonesia ke sejumlah kawasan tradisional dan non tradisional masih menunjukkan pertumbuhan yaitu ke Eropa Barat naik 17,07%, Amerika Utara naik 3,51%, Asia Timur naik 4,01%, Eropa Timur 9,99% dan Afrika Timur naik 8,09%.

Lalu, terkait kinerja perdagangan domestik, stabilitas harga bahan pokok pun, katanya masih tetap terjaga dengan tingkat inflasi bahan pangan yang bergejolak atau volatile food di angka 3,62%.

Simak video 'Buka Rakernas Kemendag, Jokowi: Pertumbuhan Ekonomi Harus Capai Kurang Lebih 5%':

[Gambas:Video 20detik]



lanjut ke halaman berikutnya

Namun, karena sektor perdagangan ritel yang melemah tadi, jadi beban tersendiri bagi kementeriannya. Diperlu upaya yang besar pula untuk memulihkannya. Setidaknya, ada 3 strategi utama yang dijanjikan Lutfi bakal dilaksanakan pihaknya untuk memulihkan sektor tersebut.

Pertama, menjaga pasokan dan stabilitas harga untuk kebutuhan pokok dan penguatan pasar dalam negeri.

"Untuk arahan tersebut Kementerian Perdagangan akan memastikan ketersediaan stok pangan dan stabilitas harga komoditas pokok dan penting tetap terjaga, terutama memasuki bulan suci Ramadhan dan Idul Fitri 2021 dan menjaga stabilitas inflasi perdagangan," paparnya.

Kedua, meningkatkan ekspor non migas dan terus membuka akses pasar non tradisional.

"Hal ini dilakukan dengan cara mempercepat penyelesaian perundingan perdagangan dengan negara-negara mitra baru dan mengoptimalkan pemanfaatan keringanan tarif bea masuk, serta kemudahan dan fasilitas akses pasar yang telah disepakati dalam perjanjian perdagangan dengan negara mitra, baik dalam rangka kerjasama bilateral maupun regional," tuturnya.

Ketiga, membantu serta memperkuat para UMKM untuk bisa bersaing di pasar ekspor.

"Melalui pemberian fasilitas pelatihan ekspor, pelatihan sertifikasi mutu produk, desain, pengemasan produk, hingga kesempatan untuk mengikuti promosi ekspor di tingkat Internasional. Selain itu Kementerian Perdagangan juga akan mengembangkan berbagai program lainnya dengan mendukung UMKM lebih berdaya saing dengan kolaborasi secara sinergis dengan Kementerian, Lembaga, BUMN Kementerian daerah, Kadin dan swasta," timpalnya.


Hide Ads