Menteri Perdagangan Muhammad Lutfi beberkan kondisi perdagangan Indonesia sepanjang 2020. Di hadapan Presiden Joko Widodo, ia mengakui perdagangan RI mengalami pelemahan baik di perdagangan besar maupun eceran atau ritel.
Pelemahan paling terasa terjadi di perdagangan ritel yang didominasi UMKM dan sektor informal sampai anjlok 19,2%.
"Perdagangan ritel yang didominasi oleh UMKM dan sektor informal mengalami tekanan yang cukup berat akibat pandemi COVID-19 yang tercermin pada real sales index (RSI) pada bulan Desember 2020 hanya mencapai indeks 190,1 atau terkoreksi sedalam 19,2% dibandingkan tahun sebelumnya," ujar Lutfi dalam Pembukaan Rapat Kerja Kementerian Perdagangan 2021, Kamis (4/3/2021).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Bila dirinci per industrinya, perdagangan kendaraan motor jadi salah satu yang paling terpuruk selama pandemi.
"Perdagangan kendaraan bermotor yang menjadi salah satu indikator transaksi perdagangan mengalami koreksi sebesar 3,72%," ungkapnya.
Akan tetapi, menurut perhitungan lapangan usahanya, sektor perdagangan, sambung Lutfi masih mampu memberikan kontribusi sebesar Rp 1.995,4 triliun atau setara dengan 12,93% terhadap produk domestik bruto (PDB) RI.
Sementara itu, berdasarkan pendekatan pengeluarannya, nilai total barang dan jasa yang diperdagangkan yang dicerminkan oleh nilai konsumsi masyarakat dalam negeri juga masih memberi kontribusi sebesar 58,97% dalam pendapatan nasional.
"Di tambah dengan kontribusi ekspor barang dan jasa sebesar 17,17% disertai dengan impor sebesar 16,2%," imbuhnya.
Maka tak heran, dibanding negara lain, neraca perdagangan RI masih mencatatkan surplus sampai sebesar US$ 21,7 miliar.
"Surplus tersebut lebih dikarenakan nilai impor Indonesia yang turun lebih besar daripada ekspor," katanya.
Lutfi merinci 81,2% dari total ekspor Indonesia adalah dalam bentuk barang industri primer dan produk manufaktur.
"Yang menunjukkan transformasi nyata bahwa Indonesia telah menjadi kekuatan industri dan tidak lagi hanya mengekspor barang mentah dan barang setengah jadi," tambahnya.
Pada tahun 2020 ekspor Indonesia ke sejumlah kawasan tradisional dan non tradisional masih menunjukkan pertumbuhan yaitu ke Eropa Barat naik 17,07%, Amerika Utara naik 3,51%, Asia Timur naik 4,01%, Eropa Timur 9,99% dan Afrika Timur naik 8,09%.
Lalu, terkait kinerja perdagangan domestik, stabilitas harga bahan pokok pun, katanya masih tetap terjaga dengan tingkat inflasi bahan pangan yang bergejolak atau volatile food di angka 3,62%.
Simak video 'Buka Rakernas Kemendag, Jokowi: Pertumbuhan Ekonomi Harus Capai Kurang Lebih 5%':
lanjut ke halaman berikutnya