Setiap pekerjaan tentu punya lika-likunya tersendiri. Hal ini pun dirasakan oleh salah satu Marketing Analisis dan Mikro (Mantri) BRI Unit Imogiri, Dwi Permana yang telah menjalani profesi ini selama 5 tahun.
Sejak awal menjadi Mantri, Dwi bercerita sudah ditempatkan di salah satu desa dengan kondisi jalan yang menantang. Tahun 2016 menjadi awal mula Dwi menjadi mantri di BRI Unit Kretek, Parangtritis. Dwi yang awalnya merupakan Customer Service pun sempat kaget saat ditempatkan di unit yang medannya cukup sulit.
"Jadi saya itu masuk ke BRI tahun 2013. Jobdesk pertama jadi customer services. Terus 3 tahun berselang di awal 2016 itu saya jadi mantri. Saya itu penempatan pertama kali jadi mantri di BRI Unit Kretek, Parangtritis. Saya di Kretek itu 4 tahun," ujarnya kepada detikcom baru-baru ini.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Track medannya memang gunung karena di atas Parangtritis itu kan pantai ada gunungnya," katanya.
Baca juga: Sektor UMKM Sumbang PDRB Tertinggi di Bantul |
Dwi mengatakan selama ditempatkan di Kretek, dirinya juga melayani nasabah di luar wilayah Bantul. Pasalnya, ada tiga kelurahan di Gunung Kidul yang aksesnya lebih dekat ke unit di Bantul.
"Sebenernya gini, di Kretek itu ada wilayah di mana waktu itu kita bisa mengerjakan di luar wilayah Bantul karena sebenarnya itu masuknya udah wilayah BRI Gunung Kidul. Tapi tiga kelurahan Gunung Kidul itu aktifnya transaksi ke BRI di Kretek, Bantul karena kalau ke Gunung Kidul itu mereka jauh. Dan selama ada suratnya, kita bisa memberikan kredit untuk di daerah tersebut," ujarnya.
Meskipun lebih dekat ke BRI Unit Kretek, bukan berarti Dwi tak perlu perjuangan untuk menyambangi para nasabahnya. Terlebih tiga kelurahan tersebut telah masuk ke wilayah Gunung Kidul yang punya kontur jalan tanjakan. Bahkan, Dwi menyebut dirinya sempat jatuh hingga masuk lahan tanaman milik warga.
"Jadi kan konturnya pegunungan di sana, itu saya harus jalan. Saya pernah motornya jatuh pas mau tanjakan. Saya survei pertama kali jadi mantri di Kretek itu diajak sama senior, saya jatuh masuk ke tanduran semacam tanamannya masyarakat. Karena pas jalannya sempit kakinya nggak sampe (untuk nopang), eh jatoh motornya," ungkapnya.
Selang 4 tahun lamanya, Dwi menyebut dirinya dipindahkan ke BRI Unit Imogiri pada tahun 2020. Meskipun kondisi jalan di sini tak seterjal di Kretek, ia tetap mendapatkan banyak tantangan saat mengunjungi nasabahnya.
Ia menjelaskan di Imogiri, ada beberapa wilayah yang medannya cukup sulit seperti Selopamioro, Kedungjati dan Sriharjo. Dwi menjadi salah satu mantri yang memegang kawasan Selopamioro.
Saat mengunjungi nasabah, Dwi mengaku dirinya seringkali kesulitan karena daerah tersebut tak bisa langsung ditempuh hanya dengan sepeda motor. Jalanan yang cukup terjal dan rusak membuatnya harus menaruh sepeda motornya dan berjalan kaki di atas jalan setapak yang sempit.
"Kalau di Imogiri itu di daerah Selopamioro, Kedungjati, Sriharjo itu medannya lumayan. Kebetulan Selopamioro yang pegang ada 3 Mantri, termasuk saya. Saya pernah kunjungi nasabah yang rumahnya paling atas," katanya.
"Jadi itu saya tetep naik motor ke atas tapi motornya nggak bisa sampai ke rumahnya. Jadi saya naro motor kayak di pinggir gunung gitu dan harus jalan kaki di jalan cor-coran setapak gitu. Kayaknya kalau (naik) motor harus motor khusus dan sudah lihai bawanya," ungkapnya.
![]() |
Dwi juga mengatakan baru-baru ini dirinya juga sempat nyaris jatuh ke jurang pas mengunjungi nasabah karena jalan yang ia lewati cukup licin dan berlumut.
"Belum lama ini saya juga kepleset soalnya cor-coran itu kalau kena hujan terus panas kan berlumut. Jadi pas saya habis hujan dan pas saya turun itu motor kayak ngepot-ngepot gitu. Itu udah mau jatoh untung saya bisa ngendaliin, kalau nggak saya udah bisa jatoh karena sebelah kiri jurang terus sebelah kanan kandang sapi," ujarnya.
Tak hanya medan jalan yang menantang, di daerahnya kini Dwi juga sering mengalami susah sinyal. Bahkan karena saking susahnya sinyal, masyarakat di Sriharjo dan Selopamioro mengandalkan jaringan khusus.
"Jadi kalau ke daerah Sriharjo atau Selopamioro udah hilang sinyalnya. Kartu provider biasa nggak ada sinyal, ilang-ilangan. Bener-bener nggak ada. Dan kalau ditelfon ada kebutuhan mendesak dari kantor, kita jarang bisa untuk komunikasi. Kalau misalnya kepepet mendesak dari kantor saya lagi di tempat nasabah ya saya pinjem dulu WiFi-nya," jelasnya.
Selama bekerja di Imogiri, Dwi juga pernah mengalami sulitnya mengunjungi nasabah karena bencana banjir di tahun 2017. Pada saat itu, meluapnya Kali Oyo di dekat Desa Sriharjo membuat banyak daerah di Imogiri terendam.
"Ini (Sriharjo), tahun 2017 daerah di sini kelelep, rumah yang paling tinggi juga separo kelelep. Jalan juga banyak yang nggak bisa dilewati karena longsor. Jadi kita kesulitan menjangkau nasabah dan biasanya kita kasih restrukturisasi," katanya.
Meskipun banyak lika-likunya, Dwi menyebut tak pernah menyesal menjadi mantri. Ia bahkan mengatakan senang bisa mengenal banyak nasabah. Apalagi saat ini dirinya memegang 450 nasabah dengan outstanding pinjaman sekitar Rp 10 miliar.
![]() |
"Kalau ditanya rasanya jadi mantri yang pertama saya itu seneng bertemu dengan orang banyak dan kenalan baru. Saya mengunjungi para pelaku usaha itu istilahnya saya juga membantu perekonomian mereka dari penyaluran pinjaman dari bank," katanya.
Ia juga bangga karena bisa ikut membantu para nasabah dengan mengunjungi mereka secara langsung karena menurutnya masih banyak masyarakat yang belum tersentuh hingga saat ini.
"Yang saya suka dari BRI memang bener-bener bank yang menyentuh masyarakat yang sampai pedesaan sekali. Mereka (nasabah) itu ada yang kalau misalkan ke BRI masih ada yang ke kantor lepas sendal, nyeker, padahal kita nggak ada yang nyuruh lepas sendal. Jadi saking masyarakat yang belum tersentuh itu masih banyak," pungkasnya.
detikcom bersama BRI mengadakan program Jelajah UMKM ke beberapa wilayah di Indonesia yang mengulas berbagai aspek kehidupan warga dan membaca potensi di daerah. Untuk mengetahui informasi lebih lengkap, ikuti terus beritanya di detik.com/tag/jelajahumkmbri.
(ncm/ara)