Indonesia tercatat memiliki harta karun atau kekayaan laut mencapai US$ 1.388 miliar atau setara Rp 19.133 triliun (kurs Rp 14.300) per tahun. Nilai kekayaan laut ini sebetulnya sudah ada sejak zaman jebot sehingga bukan sesuatu yang baru.
Pemerintah dianggap belum memanfaatkan atau mengoptimalkan kekayaan tersebut dengan baik. Penyebabnya banyak, mulai dari tata kerja yang tidak terstruktur hingga aturan yang membuat investor tidak mau menanamkan dananya di sektor kelautan dan perikanan.
"Itu (harta karun) dari zaman jebot ya bahwa potensi kita besar, begini-begini, tapi apa yang dilakukan juga nggak jelas," kata Direktur The National Institute, Siswanto Rusdi saat dihubungi detikcom, Senin (8/3/2021).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Siswanto menilai, para pemimpin di sektor kelautan dan perikanan tidak pernah bisa mengoptimalkan potensi tersebut dengan baik. Dia mencontohkan seperti pada saat kepemimpinan Susi Pudjiastuti yang hanya fokus pada penenggelaman kapal saja.
"Jadi kendalanya karena tidak pernah dioptimalkan, zaman Bu Susi asik menenggelamkan kapal. Apa yang terjadi? potensi ikan tidak tergarap, ekspor ikan malah turun, ini ironi," jelasnya.
Sementara Abdul Halim, Direktur Eksekutif Pusat Kajian Maritim mengatakan, tanpa kerja yang terstruktur maka potensi kekayaan atau harta karun kelautan yang dimiliki oleh Indonesia tidak bisa teroptimalkan.
"Kita sering kali diinformasikan potensi perikanan yang amat sangat luar biasa. Tapi kinerja yang tidak terstruktur dengan baik, terlihat sporadis itu mengakibatkan potensi perikanan yang sangat besar itu tidak terkelola dengan baik," katanya.
Selama ini, menurut Abdul Halim, yang berhasil memanfaatkan kekayaan laut Indonesia adalah pihak asing yang mana memiliki infrastruktur lengkap dalam memanfaatkan sumber daya laut.
"Hal-hal seperti ini yang menurut saya yang perlu dilihat oleh pemerintah agar kemudian menjadi perbaikan ke depan," jelasnya.
"Karena, potensi yang besar itu tanpa kerja yang terstruktur dan lebih strategis niscaya tidak akan memberikan manfaat apapun," tambahnya.
Perlu diketahui, dari potensi kekayaan atau ekonomi sektor kelautan sebesar US$ 1.338 miliar ini, tersebar di 11 sektor yaitu perikanan tangkap yang potensinya US$ 20 miliar, perikanan budidaya US$ 210 miliar, industri pengolahan US$ 100 miliar, industri bioteknologi US$ 180 miliar, energi dan sumber daya mineral termasuk garam dan BMKT US$ 210 miliar.
Selanjutnya, ada pariwisata bahari US$ 60 miliar, transportasi laut US$ 30 miliar, industri dan jasa maritim US$ 200 miliar, coastal forestry US$ 8 miliar, sumber daya wilayah pulau-pulau kecil US$ 120 miliar, dan sumber daya non konvensional US$ 200 miliar.
(hek/eds)