3. Emas
Menurut Andy emas sangat cocok untuk semua kalangan. Apalagi saat ini Antam juga menyediakan pecahan emas yang jauh lebih kecil lagi. Ada juga penjualan emas melalui e-commerce yang biasa dibeli dengan skema seperti menabung.
"Bahkan ada kepingnya 0,5 gram. Misalnya 1 gram sekarang Rp 900 ribuan, berarti sekitar Rp 450 ribuan. Bahkan kalau kita belinya lewat fintech, marketplace kan ada cicilan emas, punya duit nganggur berapa masukin. Jadi lebih enteng lagi," tuturnya.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Aidil juga mengatakan hal yang sama. Malah menurutnya emas memiliki keunggulan tersendiri karena sangat likuid atau bisa dicairkan kapan saja jika si pemegang sedang membutuhkan uang.
"Emas itu yang paling mudah diakses dan likuid, bisa beli langsung dan sekarang ada pecahannya lagi. Return-nya juga lumayan masih di atas deposito, masih 6-8% per tahun," tuturnya
Memang harga emas bisa memberikan kenaikan yang setidaknya lebih tinggi dari inflasi dan pertumbuhan ekonomi. Artinya harta yang dimiliki tidak akan tergerus inflasi.
Rata-rata kenaikan harga emas bisa mencapai 5-10% per tahun. Namun di kondisi tertentu emas bisa memberikan keuntungan berlipat ganda.
Seperti di masa pandemi yang membuat emas Antam sempat menyentuh level Rp 1.065.000, padahal di awal 2020 masih di sekitar Rp 600.000 per gram. Meskipun saat ini harganya sudah kembali turun, tapi setidaknya sempat memberikan keuntungan yang cukup besar.
4. Surat Berharga Negara
Dengan uang Rp 10 juta Anda sudah bisa membeli surat berharga ritel yang diterbitkan pemerintah untuk masyarakat umum seperti sukuk maupun ORI. Imbal hasilnya juga masih cukup lumayan sekitar 5,5%-6,5% per tahun, bahkan ada yang sampai 9% lebih
"Bahkan pemerintah sudah menurunkan minimal penyertaannya, jadi bisa dari Rp 1 juta dengan bunga yang lebih tinggi dari deposito," kata Andy.
Aidil menambahkan, ORI maupun sukuk ritel memang produk investasi yang terbilang aman karena dijamin negara. Namun likuiditasnya lebih rendah dari emas. Sebab ada ada masa tenor yang biasanya sekitar 3 tahun, artinya selama 3 tahun surat berharga itu belum bisa dicairkan.
5. Waralaba
Terakhir jika ingin lebih ekstrim lagi dengan uang Rp 10 juta Anda bisa menjalankan usaha. Apalagi sekarang banyak peluang usaha dari pelaku usaha yang membuka peluang waralaba, sehingga tidak perlu meniti usaha dari nol.
"Karena berbisnis juga masuk dalam kategori investasi juga. Waralaba mulainya ada yang Rp 10 jutaan, tergantung jenis bisnisnya. Kalaupun nggak ada modal sebesar itu, bisa dengan dropshiper atau reseller," kata Andy.
Namun Andy menegaskan, berbisnis waralaba memiliki risiko yang sama besarnya dengan investasi saham. Selain itu harus ada kemauan yang besar untuk menjalani bisnis itu.
"Beda dengan investasi lainnya ya beli di awal terus kita tunggu itu berjalan. Tapi bisnis ini bisa memberikan keuntungan sangat besar. Misalnya jualan minuman teh, 1 box teh harganya mungkin sekitar Rp 10 ribu, tapi itu bisa jadi beberapa teko. Jual 1 gelas Rp 1.000 misalnya, itu untungnya bisa 100% lebih sehari. Besar sekali, tapi risikonya juga besar," tuturnya.
(das/zlf)