Badan Pusat Statistik (BPS) hari ini akan mengumumkan neraca perdagangan Indonesia periode Februari 2021.
Ekonom PermataBank Josua Pardede memperkirakan terjadi surplus neraca dagang menjadi US$ 2,62 miliar atau lebiht inggi dibandingkan periode Januari 2021 sebesar US$ 1,96 miliar.
"Ini cenderung akibat penurunan pertumbuhan impor secara bulanan. Meskipun demikian, karena pengaruh rendahnya kinerja impor pada Februari 2020 lalu, laju pertumbuhan tahunan dari impor diperkirakan tercatat positif sebesar 9,97%, year on year," ujar dia dalam keterangannya, Senin (15/3/2021).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Josua menjelaskan penurunan impor secara bulanan disebabkan oleh menurunnya aktivitas manufaktur Indonesia, terindikasi dari penurunan PMI Indonesia menjadi sebesar 50,9 dari sebelumnya sebesar 52,2.
Sementara itu, dari sisi ekspor, pada neraca perdagangan kali ini diperkirakan secara bulanan pun akan mengalami penurunan, meskipun secara tahunan akan tercatat bertumbuh sebesar 9,97% yoy, melambat bila dibandingkan dengan bulan sebelumnya yang bertumbuh sebesar 12,24%yoy.
Perlambatan dari sisi ekspor disebabkan oleh penurunan permintaan dari negara-negara mitra dagang Indonesia, seperti India, China, serta AS, terlihat dari menurunnya PMI Manufacturing dari negara-negara tersebut.
"Namun demikian, penurunan ekspor diprediksi tidak terlalu dalam, sejalan dengan masih bertumbuhnya harga komoditas utama unggulan Indonesia, seperti CPO," jelasnya.
Ekonom Bank Mandiri Faisal Rachman mengungkapkan akan terjadi surplus neraca perdagangan US$ 2,36 miliar lebih tinggi dibandingkan periode bulan sebelumnya US$ 1,96 miliar. Kemudian ekonom PT Bank Central Asia Tbk (BCA) David Sumual memproyeksi akan terjadi surplus US$ 2,19 miliar.
Baca juga: China Masih Dominasi Ekspor Impor RI |