Hal yang sama juga dikatakan Direktur Riset Center of Reform on Economics (CORE) Indonesia, Piter Abdullah. Dia menambahkan bahwa asset bubble bisa terjadi karena banjirnya likuiditas.
"Sebagai respons terhadap pandemi saat ini bisa memunculkan asset bubble dan ketika dilakukan tapering oleh bank sentral, aliran modal berbalik arah, bubble bisa pecah, nilai tukar tertekan, yang pada ujungnya bisa membahayakan stabilitas perekonomian," tambahnya.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Sebelumnya Sri Mulyani mengatakan ancam itu mengintai karena banyak negara yang menerapkan kebijakan countercyclical untuk menangani pandemi COVID-19.
"Dalam buku global risk report 2021, diterbitkan WEF kita melihat dan membaca beberapa risiko (ekonomi) yang dihadapi dunia dalam jangka pendek, menengah dan panjang kurun waktu 3-5 tahun ke depan," kata Sri Mulyani usai melantik pejabat eselon I Kementerian Keuangan, Jumat (12/3/2021).
(aid/fdl)