Bikin Deg-degan! Begini Pengalaman Jajal Bayar Tol Tanpa Setop

Bikin Deg-degan! Begini Pengalaman Jajal Bayar Tol Tanpa Setop

Anisa Indraini - detikFinance
Rabu, 24 Mar 2021 07:30 WIB
Jakarta -

Ruas tol PT Jasa Marga (Persero) Tbk sedang uji coba terbatas bayar tol tanpa setop. Peserta uji coba terbatas, yaitu dari beberapa BUMN dan komunitas otomotif.

detikcom berkesempatan ikut menjajal bayar tol tanpa setop bersama komunitas Velozity Chapter Jakarta, Selasa (23/3/2021). Mobil yang dikendarai adalah Avanza Grand New Veloz tahun 2016, yang sudah ditempel stiker berteknologi Radio Frequency Identification (RFID) pada lampu depan (head lamp) bagian kanan.

Sebelum uji coba bayar tol tanpa setop, rombongan memastikan kesiapan aplikasi Let It Flo, LinkAja, maupun saldo yang cukup untuk perjalanan.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

detikcom bersama komunitas Velozity mengitari jalanan ibu kota yang ramai lancar di siang hari, hingga akhirnya kami menemukan gerbang tol yang bertuliskan lajur khusus pengguna Flo yakni di Pondok Gede Timur 1.

Berbeda dengan gerbang tol pada umumnya, gerbang khusus pengguna flo dilengkapi sensor RFID di atas pintu tol. Sensor tersebut mirip lampu neon, hanya saja sedikit lebih lebar.

ADVERTISEMENT

Menuju gerbang tol, mobil yang kami tumpangi melaju 20 kilometer/jam. Menurut Ketua Velozity Chapter Jakarta, Fannyansyah, kecepatan tersebut sesuai saran Jasa Marga.

Detik-detik mobil melaju menuju gerbang menjadi momen spesial karena bisa menjajal teknologi canggih bayar tol tanpa setop. Tentu saja sejak awal terbayang mobil melaju terus, bablas tanpa perlu berhenti.

Apalagi berdasarkan informasi yang diperoleh, sensor RFID bekerja dalam jarak 3-5 meter sebelum membuka palang pintu tol. Namun kenyataannya berbeda, yang kami alami hingga jarak sekitar satu meter palang pintu tol baru terbuka, sangat mepet. Bahkan pengendara harus mengerem untuk menghindari hal yang tidak diinginkan.

Perjalanan kami lanjutkan, uji coba pertama cukup membuat deg-degan. Ingat ya, karena kami telah menggunakan bayar tol tanpa setop otomatis saldo yang tertera di aplikasi Let It Flo telah berkurang.

Cerita pengalaman jajal bayar tol tanpa setop selanjutnya nggak kalah seru. Buruan klik halaman berikutnya.

Gerbang tol selanjutnya yang kami lewati adalah Pondok Gede Timur 2, di sini situasi tidak terlalu ramai. Dengan pedenya kami melintas, namun hingga mobil sudah berjarak 1 meter pun sensor belum bekerja dan palang pintu tol tak juga terbuka. Untungnya pengendara mengerem dan tidak bablas, tahu apa yang terjadi? Ternyata kabel sensor sedang putus dan ada perbaikan.

Di lokasi ini ada dua petugas yang sedang memperbaiki, namun saat kami lewat gerbang tol tersebut petugas tidak memberikan informasi bahwa bayar tol tanpa setop sedang tidak bisa digunakan. Mungkin mereka berpikir kami akan menggunakan pembayaran melalui LinkAja atau e-money dengan cara di-tap, karena lajurnya masih sama.

Berhubung bayar tol tanpa setop tak bisa digunakan di gerbang tol tersebut, akhirnya kami menggunakan e-money, otomatis saldo Flo tidak berkurang. Masih penasaran, kami mencari gerbang tol lainnya.

Kami menjajal gerbang tol Jati Asih 2. Tidak jauh berbeda dengan yang pertama, pengendara harus tetap mengerem sejenak karena sensor RFID-nya baru bekerja membuka palang pintu tol dalam jarak sekitar 1-2 meter.

Terakhir kami melintasi gerbang tol Cililitan. Di sini sensornya lebih baik dari sebelumnya. Mobil yang kami tumpangi tidak perlu sampai berhenti meskipun palang pintu tol-nya baru terbuka sekitar jarak 2-3 meter.

"Karena di sini karpet merah (lajur pengguna Flo di-cat warna merah sendiri), juga kalau jam sibuk padat jadi mungkin tingkat sensornya lebih dioptimalkan," terang Fannyansyah.

Berdasarkan pengalaman kami mencoba bayar tol tanpa setop, bisa disimpulkan tingkat sensitivitas sensor RFID di gerbang tol yang kami lewati belum optimal. Persoalannya, sensor yang dipasang di atas pintu tol posisinya terlalu ke bawah dan jaraknya 1-3 meter dari gerbang tol.

"Itu kelemahannya karena dia baca sensornya ke bawah. Kalau nggak ngerem pun kita bisa cuma ngeri. Kemiringannya (sensor) kurang jauh dan terlalu ke bawah. Harusnya pasang sensornya dimiringkan sehingga dari jauh sudah terbaca," sarannya.


Hide Ads