Jakarta -
Petani menyambut baik putusan Pesiden Joko Widodo (Jokowi) yang menunda pelaksanaan impor beras sampai Juni 2021 mendatang. Menurut Wakil Sekretaris Jenderal Kontak Tani Nelayan Andalan (KTNA) Nasional Zulharman Djusman pada Mei nanti dipastikan akan ada panen raya.
"Kami menyambut sangat antusias atas pernyataan tersebut, karena dari data kami kan sampai dengan bulan Mei kita akan melaksanakan panen raya di seluruh Indonesia dan juga sekarang sudah mulai cuaca agak membaik karena untuk musim hujan sudah mulai agak menyusut di beberapa daerah dan matahari sudah mulai bisa menyinari untuk mengeringkan gabah-gabah petani," ujar Zulharman kepada detikcom, Sabtu (27/3/2021).
Selain itu, petani berharap Bulog bisa membeli harga gabah dan beras petani sesuai dengan Harga Pembelian Pemerintah (HPP) yang sudah ditentukan.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Untuk masalah harga sendiri sebenarnya untuk harga di Indonesia ini tergantung dari Bulog, kalau memang harga Bulog konsisten dengan kategori yang dimasukkan itu sekitar 15% untuk kadar kekeringan ya Insyaallah dengan harga yang sudah ditetapkan dengan HPP dari Bulog Insyaallah bisa menyelamatkan harga dari petani sendiri," katanya.
Namun, apabila ternyata ada gabah yang kurang sesuai dengan standarnya, petani tak keberatan bila dibeli lebih murah, asalkan gabah dan beras mereka tetap terjual dan tak terbuang sia-sia diganti beras impor.
"Namun tetap kami akan konsisten dengan pernyataan KaBulog jika ada gabah atau beras petani yang tidak standar dari harga yang telah ditetapkan dan tentang spesifik yang diberikan KaBulog maka kami juga bersedia untuk diturunkan harganya," sambungnya.
RI Sudah Tak Impor Beras Hampir 3 Tahun
Salah satu alasan pemerintah merencanakan impor 1 juta ton beras, karena khawatir gabah selama masa panen raya ini banyak yang basah, sehingga tak bisa dibeli oleh Bulog. Akhirnya stok beras di gudang Bulog tidak mencapai standar 1-1,5 juta ton per tahun.
Jokowi menyebut, sudah hampir 3 tahun terakhir ini Indonesia tidak pernah mengimpor beras sebagai cadangan.
"Kita tahu sudah hampir 3 tahun ini kita tidak mengimpor beras," ujar Jokowi dalam live pernyataan Presiden terkait impor beras, di Istana Merdeka, dikutip dari YouTube Sekretariat Presiden Jumat (26/3/2021).
Namun, apakah benar Indonesia sudah tak mengimpor beras hampir 3 tahun terakhir ini?
Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), Indonesia faktanya dari tahun 2000-2019 tak pernah absen mengimpor beras. Dalam rentang waktu tersebut, pemerintah paling banyak mengimpor beras pada tahun 2018 lalu yakni hingga mencapai 2.253.824,5 ton atau setara US$ 1,03 miliar.
Beras sebanyak itu diimpor dari sekitar 7 negara yakni Vietnam, Thailand, Tiongkok, India, Pakistan, Myanmar dan lainnya.
Paling banyak, Indonesia mengimpor dari Thailand dan Vietnam. Saat itu, beras yang diimpor dari Thailand mencapai 795.600 ton, sedangkan dari Vietnam sebanyak 767.180 ton.
Setelah itu, jumlah beras yang diimpor turun drastis menjadi hanya 444.508,8 ton beras dari sekitar 8 negara yakni Vietnam sebanyak 33 ribu ton beras, Thailand sebanyak 53 ribu ton, Tiongkok sebanyak 24,3 ton, India sebanyak 7 ribu ton, Pakistan sebanyak 182 ribu ton, Amerika Serikat sebanyak 740,9 ton, Myanmar sebanyak 166,7 ribu ton, dan lainnya sebanyak 93,7 ton.
Jumlah tersebut setara dengan US$ 184,2 juta.