Kemacetan yang terjadi di Terusan Suez kemungkinan akan berdampak minimal pada Negara Tirai Bambu, China. Para ekonom dan analis mengatakan, hal itu disebabkan sebagian besar rantai pasok terletak di kawasan Asia-Pasifik.
Dikutip dari South China Morning Post, Selasa (30/3/2021), meskipun ada dampak ke China, tapi dampak tersebut terbatas pada sektor seperti baterai, manufaktur karet yang tergantung pada Eropa.
Kemacetan di salah satu jalur perdagangan tersibuk ini menimbulkan kekhawatiran bagi negara-negara yang bergantung pada perdagangan China dan Asia. Kondisi ini membuat pentingnya diversifikasi rantai pasok, ditambah dengan adanya lockdown selama pandemi.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Banyak dari rantai pasokan terletak di kawasan Asia-Pasifik, yang pada awalnya akan meredam dampak pasokan dan harga. Banyak hal bergantung pada lamanya penutupan kanal," kata Steve Cochrane, kepala ekonom Moody untuk kawasan Asia-Pasifik.
"Namun, penghentian itu menyoroti faktor risiko tambahan karena perusahaan mempertimbangkan kembali rantai pasokan global. Kekhawatiran geopolitik naik ke permukaan selama puncak perang perdagangan AS-China. COVID-19 menambahkan dimensi lain karena menggambarkan pendekatan yang berbeda, dan efektivitas, kebijakan dan kesiapsiagaan bencana di seluruh negara dan wilayah," paparnya.
Dampak terbesar dari kemacetan di Terusan Suez adalah harga minyak. Meski, harga minyak telah turun sejak berita pengapungan kapal.
Pasokan minyak China tidak akan terpengaruh parah karena kurang dari 10% impor minyak mentahnya harus melalui kanal tersebut. Hal itu diungkapkan Jean Zhou analis di penyedia layanan intelijen komoditas ICIS dalam sebuah catatan.
Lanjut halaman berikutnya.
Lihat juga Video: Pengiriman Logistik Dunia Semrawut Meski Ever Given Sudah Bebas