Ramadhan Sebentar Lagi, Bapak-Ibu Jangan Kaget Harga Pangan Naik

Ramadhan Sebentar Lagi, Bapak-Ibu Jangan Kaget Harga Pangan Naik

Aulia Damayanti - detikFinance
Senin, 05 Apr 2021 16:30 WIB
Harga Pangan Naik di Pasar Senen
Ilustrasi/Foto: Puti Aini Yasmin
Jakarta -

Seperti tiap tahunnya, menjelang dan saat bulan suci Ramadhan harga pangan diprediksi naik. Ketua Umum Ikatan Pedagang Pasar Indonesia (Ikappi) Abdullah Mansuri memastikan semua komoditas atau harga pangan akan naik jelang Ramadhan.

"Saya pastikan harga pangan akan naik. Semua komoditas akan naik. Terkhusus, biasanya naik cabai, bawang, minyak goreng, bawang, beras, telur, ayam daging," katanya, saat dihubungi detikcom, Senin (5/4/2021).

Abdullah menjelaskan, dalam 10 tahun terakhir ada tiga fase kenaikan pangan. Pada bulan Ramadhan memang menjadi kenaikan tertinggi. Fase itu dibagi menjadi tiga, fase pertama ada di seminggu masuk puasa.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Pada fase itu harga pangan akan menggeliat naik. Sedangkan untuk tertingginya lagi pada tiga hari menjelang Ramadhan. Menurutnya kenaikan itu karena tingginya permintaan dari masyarakat untuk menyambut bulan puasa.

"Fase pertama di Ramadhan, seminggu masuk puasa. Seminggu itu mulai bergeliat kenaikan nya. Tertingginya tiga hari menjelang puasa karena masyarakat menyetok barang untuk persiapan Ramadhan, apalagi di awal-awal Ramadhan masyarakat menghidangkan makanan terbaik, menyajikan makanan terbaik, biasanya orang berduyun-duyun menyetok bahan pangan di rumah. nah itu, yang membuat supply dan demand-nya nggak seimbang, sehingga ada kenaikan," jelasnya.

ADVERTISEMENT

Lanjut Abdullah, fase kedua saat menjelang Lebaran atau Hari Raya Idul Fitri. Kenaikan harga pangan di fase ini juga karena tingginya permintaan saat masyarakat berbondong-bondong untuk bahan pangan saat Lebaran.

Kemudian, fase ketiga pada 2-3 hari setelah Lebaran. Abdullah mengungkapkan kenaikan itu terjadi karena produksi petani akan jarang dan pedagang juga sedikit yang berjualan.

"Fase ketiga, setelah lebaran 2-3 hari setelah lebaran. Kenapa? Karena petani nggak banyak, mereka kebanyakan libur dan akhirnya panen juga tidak banyak. Pedagang pun juga akan berkurang karena banyak yang libur, sebagian mungkin mudik, walaupun mudik nggak boleh, tapi biasanya itu bisa terjadi," lanjutnya.

Menurut Abdullah, tiga fase itu harus diantisipasi pemerintah untuk memastikan pasokan aman. Dia mengungkapkan pemerintah harus memiliki asumsi produksi dan permintaan untuk mengukur harga pangan dan pasokannya.

"Tiga fase ini harus diantisipasi oleh pemerintah. Pemerintah ini belum memiliki asumsi permintaan dan asumsi produksi. Kalau kita tidak punya data itu bagaimana kita bisa mengukur harga dan pasokan pangan. Kita gak akan bisa kalau ga memiliki asumsi permintaan dan asumsi produksi di Ramadhan ini," katanya.

"Kalau pemerintah abaikan itu akan terjadi gejolak seperti kasus cabai rawit merah itu. 3-4 bulan kemarin tinggi, sekarang masih Rp 90.000/kg. Harusnya Rp 30.000-40.000/kg normalnya. Harga sekarang masih jauh dari normal," tambahnya.

Berlanjut ke halaman berikutnya.

Abdullah mengingatkan jika pemerintah tidak bekerja keras untuk memastikan stok pangan aman, ke depannya pemerintah sendiri yang kesulitan. Menurutnya hal itu tentunya harus melibatkan pihak-pihak terkait.

"Kalau pemerintah tidak bekerja keras untuk memastikan stok aman, menurut saya pemerintah akan kewalahan. Koordinasi kementerian di periode ini sangat lemah. Dulu ada rapat koordinasi (rakor) bersama antara kementerian, lembaga teknis, organisasi, dengan asosiasi biasanya ada koordinasi. Saat ini tidak ada sama sekali, sehingga pemerintah tidak mengetahui berapa produksi pangan kita, berapa jumlah asumsi permintaan kita," tuturnya.

Abdullah berpesan untuk pedagang agar tetap menjaga komunikasi dengan petani dan pasar induk untuk terus memiliki stok pangan.

"Kami dari asosiasi berpesan untuk pedagang mulai berkomunikasi dengan teman-teman petani, tengkulak yang biasa mereka ambil barang. untuk bisa dikomunikasikan dengan baik dari sekarang. Karena jangan sampai ketika masuk fase pertama menjelang Ramadhan, pedagang nggak punya stok, itu yang berbahaya," ungkapnya.

Dia juga mengungkap di Ikappi telah melakukan komunikasi dengan petani dan pasar induk agar mereka bisa mengguyur stok sesuai kebutuhan pasar.

"Asosiasi sendiri melakukan secara mandiri tanpa melibatkan pemerintah untuk berkomunikasi dengan tengkulak, petani langsung agar mereka bisa men-supply sesuai dengan kebutuhan di pasar. Semua itu dilakukan untuk stoknya ada, walaupun kita belum tahu harganya nanti. kita berharap harganya tidak terlalu tinggi ya," pungkasnya.


Hide Ads