Sederet Ramuan Luhut Pulihkan Ekonomi Bali

Sederet Ramuan Luhut Pulihkan Ekonomi Bali

Vadhia Lidyana - detikFinance
Jumat, 09 Apr 2021 08:21 WIB
Poster
Foto: Edi Wahyono
Jakarta - Pariwisata adalah sektor yang paling terdampak oleh pandemi COVID-19. Pariwisata di Bali misalnya, sudah 1 tahun lebih terpuruk akibat pandemi karena para wisatawan mancanegara (wisman) tak ada yang berlibur ke sana.

Pariwisata sendiri merupakan penopang ekonomi Bali, di mana kontribusinya lebih dari 50%. Dengan terpuruknya pariwisata Bali, maka perekonomiannya pun terseret.

Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), ekonomi Bali mengalami kontraksi 9,31% sepanjang 2020.

Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi (Menko Marves) Luhut Binsar Pandjaitan mengungkapkan, ada 3 jurus untuk bisa memulihkan ekonomi Bali dalam jangka pendek. Pertama, pengendalian COVID-19 di Bali itu sendiri.

"Tidak hanya di Bali, tetapi juga secara nasional dengan kasus COVID-19 yang membaik. Maka aktivitas domestik akan semakin meningkat, sehingga aktivitas ekonomi secara gradual akan kembali normal," kata Luhut dalam Bali Economic and Investment Forum 2021, Kamis (8/4/2021).

Jurus kedua adalah mempercepat vaksinasi COVID-19 demi menciptakan herd immunity. Saat ini, pemerintah sudah mengalokasikan 1,5 juta dosis vaksin AstraZeneca sebagai tambahan vaksin COVID-19 untuk warga Bali. Sayangnya, menurut Luhut kedatangan vaksin akan terlambat karena ada embargo di negara-negara produsen vaksin.

"Saya secara khusus sudah meminta kepada Menkes untuk melakukan percepatan vaksinasi di Bali, namun akibat adanya blokade dari beberapa negara produsen vaksin, mengakibatkan keterlambatan 2 bulan dari rencana awal," terang Luhut.

Ketiga, perketat protokol kesehatan yang disesuaikan dengan negara asal setiap wisatawan mancanegara (wisman). Hal ini nantinya diperlukan jika wisata Bali sudah dibuka untuk wisman.

"Ketiga, perlu dibuat strict protokol kesehatan, terutama untuk para wisatawan mancanegara yang disepakati dengan negara asal. Kami memang sedang menjajaki negosiasi dengan beberapa negara untuk membuka travel bubble wisman dengan Bali," tutur Luhut.

Wisata Kesehatan

Untuk pemulihan ekonomi jangka panjang, Luhut mengatakan perlu dibangunnya wisata kesehatan di Bali atau health tourism.

Luhut sendiri sedang menggaet investor untuk membangun rumah sakit (RS) kelas internasional yang bisa menangani penyakit-penyakit spesifik. Luhut mengatakan, rencana itu nantinya bisa mendatangkan turis asing yang membutuhkan perawatan kesehatan untuk penyakit-penyakit spesifik.

"Pengembangan health tourism dengan membuka rumah sakit internasional untuk penanganan penyakit-penyakit spesifik seperti kanker, tumor, itu sudah ada beberapa investor yang berminat untuk ini. Dengan health tourism yang berkembang, maka length of stay wisatawan yang datang akan lebih lama," imbuh dia.

Hal itu diinisiasikan karena melihat Malaysia dan Singapura telah menjadi tujuan utama bagi sejumlah orang Indonesia untuk memeriksakan kesehatannya alias melakukan medical check-up, dan juga menjalani perawatan kesehatan lainnya.

Berdasarkan data Bank Dunia pada tahun 2018, 60% dari turis yang datang ke Malaysia untuk perawatan kesehatan adalah orang Indonesia. Lalu, 45% dari turis yang datang ke Singapura untuk perawatan kesehatan adalah orang Indonesia.

"Data di tahun 2018 rilis dari World Bank itu ada 60% medical tourist yang datang ke Malaysia itu dari Indonesia yang tujuannya untuk periksa, check up, sebatas check up. Dan 45% medical tourist yang ke Singapura itu juga dari Indonesia," kata Bimo.

Orang-orang tersebut sebagian besar datang dari 10 provinsi di Indonesia antara lain Jakarta, Medan, Bali, Riau, Kepulauan Riau, Balikpapan, Samarinda, Makassar, Palu, dan Palembang.

Terakhir, dibutuhkannya diversifikasi sektor-sektor di luar pariwisata, agar Bali tak hanya bergantung pada sektor pariwisata.

"Kedua, diversifikasi kepada sektor-sektor di luar pariwisata seperti kelautan dan budidaya perikanan, serta pertanian," tutup dia.


Hide Ads