Meramal Nasib Petani 40 Tahun Mendatang

Meramal Nasib Petani 40 Tahun Mendatang

Danang Sugianto - detikFinance
Minggu, 11 Apr 2021 17:32 WIB
Aktivitas Petani dan anaknya di ladang kacang.
Foto: Faizal Amiruddin
Jakarta -

Bappenas memproyeksikan tahun 2063 tidak ada petani di Indonesia. Salah satunya faktornya karena semakin berkurangnya minat masyarakat untuk menjadi petani.

Terkait hal tersebut, Pakar Pertanian sekaligus Dekan Fakultas Pertanian Universitas Gadjah Mada Jamhari justru menilai 40 tahun ke depan menjadi kesempatan emas untuk menumbuhkan generasi petani milenial yang antisipatif terhadap tantangan pertanian. Menurutnya di masa mendatang, dunia pertanian berbanding terbalik dengan pertanian konvensional yang terus menurun,

"Pertanian modern yang akrab dengan teknologi dan lahan luas sedang bertumbuh di Indonesia. Lembaga akademik berperan dalam menyiapkan generasi muda petani milenial agar bisa mengambil posisi di masa depan, dharma penelitian maupun pengembangan teknologi, hingga rekayasa sosial dan digitalisasi," tutur Jamhari tuturnya saat menjadi narasumber dalam webinar bertajuk 'Benarkah di 2063 Tidak Ada yang Menjadi Petani', seperti dikutip Minggu (11/04/2021).

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Jamhari menjelaskan, pada 2063 krisis pertanian tidak hanya di Indonesia tetapi juga di level dunia. Menurutnya akan terjadi divergensi antara supply dan demand produk pertanian.

Jamhari menilai permintaan selalu meningkat akibat populasi yang terus meningkat dan produk pertanian tidak hanya untuk pangan, namun juga difungsikan sebagai pakan atau feed, bahan bakar atau fuel karena minyak dan bahan bakar saat ini semakin terbatas, dan fiber yang digunakan untuk sandang. Apalagi hingga saat ini belum ditemukan pangan sintetis.

ADVERTISEMENT

"Di sisi lain, kapasitas supply pertanian terus menurun akibat berbagai faktor seperti berkurangnya lahan dan perubahan iklim yang berdampak pada water shortage dan memicu hama pertanian," terangnya.

Menurut Jamhari, jumlah petani yang diprediksikan tidak ada lagi di tahun 2063 adalah pertanian dengan cara-cara tradisional. Petani yang mayoritasnya merupakan generasi tua dan berpendidikan rendah.

Berdasarkan data Kementerian Pertanian tahun 2020, tenaga kerja di sektor pertanian didominasi oleh tamatan pendidikan dasar atau SD sebesar 29,48 juta orang atau 84,22% dan tenaga kerja di rentang umur 25-59 tahun sebesar 24,31 juta orang atau 69,45%.

"Profesi petani makin ditinggalkan karena pendapatan usaha tani belum cukup untuk memenuhi kebutuhan rumah tangga sehingga sebagian besar petani sebanyak 62% dengan mengijonkan lahan dan 13% meminjam untuk memenuhi kebutuhan sehari-harinya," ungkapnya.

Ia menjelaskan, bertambahnya petani tidak berpengaruh terhadap bertambahnya produksi di sektor pertanian pertanian. Dalam ilmu ekonomi, Marginal Productivity of Labor (MPL) di pertanian masih negatif artinya terlalu banyak orang bekerja di pertanian,

"Sehingga penambahan jumlah pekerja tidak lagi menambah produksi pertanian. Sehingga wajar kalau secara alamiah, jumlah petani konvensional akan terus mengalami penurunan," terangnya.

Founder Aku Petani Indonesia Movement, Adhitya Herwin Dwi Putra menambahkan Aku Petani Indonesia consern pada isu regenerasi petani muda. Adhit menjelaskan, Bappenas memproyeksikan tahun 2063 tidak ada petani di Indonesia akibat 3 hal, pertama para petani yang beralih ke sektor jasa dan industri semakin banyak yang dilihat dari proporsi yang bekerja di sektor pertanian menurun dari 65,8 persen pada 1976 menjadi 28 persen pada 2019.

Kemudian alih fungsi lahan, dimana data menunjukkan dalam kurun waktu enam tahun lahan pertanian terus berkurang, menyisakan 7,45 juta hektar lahan pada 2019. Ketiga laju urbanisasi dimana Bappenas memaparkan pada 2045 penduduk yang tinggal di kawasan perkotaan mencapai 67,1 persen atau setara dengan 68,3 juta orang, yang berarti juga semakin sedikit jumlah petani desa,

"Harapannya dengan diskusi ini akan tumbuh optimisme bahwa petani dan pertanian di Indonesia tidak akan pernah musnah. Kami selama ini terus mengkampanyekan gerakan aku petani Indonesia justru untuk mempersiapkan tantangan pertanian di masa mendatang. Sejak 2016 kami mengajak kaum milenial untuk Bertani dan hingga saat ini gerakan kami sudah menyentuh 25 ribu anak muda dalam berbagai kesempatan," ungkapnya.




(das/dna)

Hide Ads