Pandemi COVID-19 sepanjang 2020 membuat sektor perekonomian terganggu, termasuk kegiatan ekspor impor. Biaya freight yang meninggi serta kebijakan banyak negara yang menghentikan sementara lalu lintas keluar-masuk barang dan manusia menjadi jegalan bagi banyak komoditas ekspor Indonesia. Paraffin wax salah satunya.
Padahal komoditas ini merupakan produk multimanfaat yang diperlukan banyak industri. Produsen parafin yang turut merasakan dampak adalah PT Kirana Mitraabadi (KMA).
"Cukup menjadi hambatan ya pandemi ini pada 2020. Ekspor kami sempat terhenti. Permintaan dari beberapa negara tak bisa kami penuhi karena persoalan regulasi pada masa pandemi di negara yang bersangkutan, ketersediaan pengiriman, serta biaya kirim yang tinggi," ujar Direktur Utama PT Kirana MItraabadi, Edo Lesmana dalam keterangannya, Selasa (13/4/2021).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Aktivitas ekspor perusahaan cukup terganggu karena pandemi. Padahal, ekspor KMA bisa dianggap sangat strategis sebab menjadi salah satu elemen hilirisasi penting bagi produk Pertamina.
Produk olahan KMA yang diekspor menjadi wujud pertambahan nilai bagi produk Pertamina. Dengan hadangan Covid, terhambat pula aliran ekspor bernilai tambah dari Indonesia.
Untungnya, sejak awal 2021, alur ekspor mulai bergerak kembali. Segala rintangan, termasuk biaya pengiriman, mulai mendekati titik normal. Beberapa industri dari beberapa negara langsung mengirimkan pesanan. Banyak industri domestik pun tak beda.
Paraffin wax memang biasanya diimpor dari China. Industri-industri lilin, sampai ban, batik, balsem, hingga pemberantas hama dan kosmetika di Indonesia selama ini mengimpor paraffin wax dari Negeri Tirai Bambu.