Teten Ungkap Beban UMKM Kian Numpuk Gara-gara Hal Ini

Teten Ungkap Beban UMKM Kian Numpuk Gara-gara Hal Ini

Trio Hamdani - detikFinance
Selasa, 20 Apr 2021 06:00 WIB
Menteri Koperasi dan UKM Teten Masduki
Menkpo UKM Teten Masduki/Foto: Kemenkop UKM
Jakarta -

Pandemi virus Corona (COVID-19) sangat menjadi beban buat usaha mikro, kecil dan menengah (UMKM). Merebaknya virus tersebut membuat bisnis UMKM berjatuhan. Tak cukup sampai di situ, mereka juga dihajar oleh melambungnya biaya pengiriman barang (logistik).

Menteri Koperasi dan UKM Teten Masduki menyebut biaya pengiriman barang mengalami kenaikan sekitar 30-40%. Hal itu menjadi tantangan tersendiri yang dihadapi UMKM di tengah pandemi.

"Tantangan UMKM saat pandemi ini adalah kenaikan tarif pengiriman barang hingga 30% sampai 40%," kata dia dalam webinar, kemarin Senin (19/4/2021).

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Teten mengungkap bahwa saat ini sistem logistik dunia memang sedang mengalami gangguan. Menurunnya aktivitas ekspor-impor di tengah pandemi membuat penyedia jasa logistik memangkas jumlah armadanya.

"Berkurangnya volume ekspor-impor sehingga terdapat pengurangan jadwal kapal dan penerbangan internasional. Pendeknya sekarang ini sistem logistik dunia sedikit terganggu," sebutnya.

ADVERTISEMENT

Tentu saja mahalnya biaya logistik turut menyebabkan UMKM kesulitan untuk menggenjot ekspor terhadap produknya. Demi mengatasi hambatan itu, Teten mengatakan pihaknya bekerja sama dengan Garuda Indonesia. Namun dia tak merinci kerja sama seperti apa yang dimaksud untuk membantu UMKM.

Pihaknya juga mendorong UMKM untuk mengekspor produknya dengan memanfaatkan marketplace atau jejaring online.

Meski menjadi tulang punggung perekonomian, UMKM di Indonesia belum memiliki taring di kancah dunia. Hal itu tercermin dari rendahnya kontribusi UMKM dalam hal ekspor.

Teten Masduki menerangkan bahwa kontribusi UMKM terhadap produk domestik bruto (PDB) Indonesia sebesar 60%, dan kontribusi terhadap penyerapan tenaga kerja sebanyak 97%.

Berlanjut ke halaman berikutnya.

Sayangnya, akselerasi ekpor yang dilakukan oleh UMKM patut diakui masih rendah. Bahkan jika dibandingkan oleh negara-negara yang tergabung dalam Asia-Pacific Economic Cooperation (APEC), ekspor UMKM masih rendah.

"Kontribusi ekspor UMKM masih relatif rendah, yaitu 14,37%. Tetapi ini masih tertinggal lah dari negara-negara APEC, bahkan APEC sudah mencapai 35%," kata dia.

Dia menuturkan bahwa eksportir di Indonesia masih didominasi oleh pelaku usaha berskala besar, yaitu sebanyak 86%. Kontribusi UMKM masih rendah karena kesulitan melakukan ekspor.

Ada beberapa kendala utama yang menghambat UMKM melakukan ekspor, yakni minimnya pengetahuan hingga kendala logistik.

"UKM sulit menembus pasar ekspor karena minimnya pengetahuan tentang pasar luar negeri, kualitas produk, kapasitas produksi, biaya sertifikasi yang tidak murah, hingga kendala logistik," sebut Teten.

Tentu saja, kendala-kendala yang dihadapi oleh UMKM dijelaskannya harus mendapatkan solusi. Dibutuhkan kolaborasi untuk memecahkan masalah tersebut dengan cepat.


Hide Ads