Menjaga Geliat Ikan Hias

Kolom

Menjaga Geliat Ikan Hias

Sakti Wahyu Trenggono - detikFinance
Jumat, 23 Apr 2021 11:07 WIB
Menteri KKP Wahyu Trenggono
Foto: Dok. KKP
Jakarta -

Usaha ikan hias tumbuh subur di masa pandemi COVID-19. Tingginya permintaan konsumen menjadikan usaha ikan hias laksana oase di padang pandemi. Kita harus akui, masifnya penyebaran virus SARS-Cov-2 memukul mundur banyak lini bisnis, tapi usaha ikan hias malah eksis.

Dalam setahun terakhir, ikan hias khususnya cupang menjadi primadona. Banyak yang menyebut gandrung-nya orang-orang pada ikan mungil ini untuk mengobati rasa bosan lantaran harus menghabiskan banyak waktu di rumah. Berdasarkan hasil penelitian yang dipublikasikan sejumlah media memang menyebutkan bahwa menyaksikan ikan hias (tidak sebatas cupang) di kolam maupun aquarium bisa membuat suasana hati menjadi lebih baik hingga mengurangi tekanan darah.

Pemasaran yang tidak lagi konvensional juga termasuk menjadi penunjang ikan cupang bisa booming. Platform sosial media seperti Instagram, Facebook hingga Youtube menjadi etalase yang dapat dilihat oleh konsumen dari mana saja dan kapan saja. Media sosial sejauh ini memang terbukti sebagai sarana promosi yang efektif. Ditambah banyak pesohor ikut memelihara cupang sehingga kian meningkatkan minat masyarakat untuk ambil bagian menjadi pemelihara maupun penjual ikan berwarna indah ini.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Popularitas cupang membawa dampak ekonomi yang cukup besar bagi masyarakat. Bayangkan, seorang breeder bisa beromzet Rp 50 juta sampai Rp 300 juta per bulan dari berjualan cupang. Penghasilan yang fantastis apalagi saat banyak orang kehilangan pekerjaan lantaran melambatnya roda perekonomian imbas pandemi.

Di sisi lain, geliat ikan cupang turut membuka peluang usaha bagi masyarakat. Yang tadinya menganggur atau usahanya sedang seret karena pandemi, mencoba peruntungan menjadi breeder maupun berjualan ikan dengan nama latin betta splenderis ini. Kisah-kisah sukses dari ikan hias banyak menghiasi media massa kita.

ADVERTISEMENT

Selain cupang, negara kita punya potensi ikan hias lain yang tak kalah besar. Dari sekitar 4.720 jenis ikan air tawar dan laut yang ada di Indonesia, sebanyak 650 jenis di antaranya merupakan spesies ikan hias. Untuk air tawar ada koi, maskoki, arwana, botia dan juga guppy. Sementara air laut terdapat banggai cardinal fish yang merupakan ikan endemik, kemudian gobies, trigger-fish hingga blennies.

Ikan-ikan hias tersebut sudah punya pasar sendiri baik di dalam maupun luar negeri. Nilai ekonomi yang dihasilkan tentunya tidak sedikit. Untuk arwana dan arwana jardini misalnya (tidak termasuk benih), nilai ekspornya pada 2020 mencapai US$ 8,52 juta, sedangkan koi dan maskoki masing-masing di angka US$ 34.811 dan US$ 55.851.

Harapan saya, dengan beragamnya ikan hias yang kita miliki, semakin besar pula peluang usaha yang dapat digeluti masyarakat untuk meningkatkan kesejahteraan. Apalagi sistem pengelolaan ikan hias tidak memerlukan lahan yang luas sehingga bisa ditekuni semua kalangan.

Saat mengunjungi Raiser Ikan Hias di Cibinong pada Februari lalu, saya sempat berbincang dengan salah satu peserta kontes maskoki. Singkat cerita, si penggiat menyampaikan bagaimana kehidupan ekonominya membaik berkat budidaya ikan hias meski awalnya sempat jatuh bangun. Kegigihannya berbuah manis, maskokinya rutin memenangkan kontes dan ikan-ikan hias hasil produksinya sudah merambah pasar sejumlah negara di Asia Tenggara.

Saya suka semangatnya yang patang menyerah. Di samping yang membuat takjub adalah bagaimana dia memperlakukan ikan-ikan hias peliharannya. "Saya mengganggap ikan-ikan saya seperti anak sendiri," begitu tuturnya. Mungkin ini yang dikatakan bekerjalah dengan hati maka rezeki mengikuti.

Seperti apa dukungan dari KKP? Lihat di halaman selanjutnya.

Dukungan KKP

Indonesia termasuk dalam lima negara pengekspor ikan hias terbesar dunia, bersama Jepang, Singapura, Spanyol dan Thailand. Data dari Badan Pusat Statistik (BPS), ekspor ikan hias Indonesia berdasarkan kode HS pada tahun 2020 nilainya mencapai US$ 30.756.459. Sedangkan negara pengimpor terbesar ikan hias dari Indonesia adalah Tiongkok, Jepang dan Amerika Serikat.

Untuk mendukung peningkatan ekspor ikan hias ke Tiongkok, KKP telah melakukan kesepakatan dengan Badan Kepabeanan Tiongkok (GACC) terkait format health certifikat (HC) untuk ekspor hewan akuatik untuk tujuan hias dan breeding. Kemudian KKP juga kembali menyalurkan bantuan budidaya ikan hias sebanyak 150 paket, melengkapi program-program berbasis pelatihan serta pendampingan kepada para pembudidaya ikan hias.

Terbaru, KKP telah meresmikan Pusat Ikan Koi dan Maskoki Nusantara di Raiser Ikan Hias Cibinong, Kabupaten Bogor pada Februari 2020. Keberadaan raiser serta beragam fasilitas yang melengkapinya diharapkan dapat meningkatkan kualitas, menjadi penyangga stok, sarana edukasi dan pusat informasi ikan hias Indonesia. Di samping menjadi pusat pengembangan industri dan pemasaran.

Saya menyadari dukungan yang diberikan masih belum maksimal untuk mengurai kendala yang dihadapi penggiat ikan hias di lapangan. Seperti persoalan transportasi, berkurangnya populasi ikan hias di alam, sampai pada kendala regulasi. Saya pastikan, kami di KKP mengupayakan jalan keluar terbaik.

Lahirnya Undang Undang Cipta Kerja dan turunannya diharapkan menjadi solusi dari panjangnya perizinan yang selama ini mengganggu iklim usaha. Riset juga kami perkuat dalam rangka mendukung budidaya berkelanjutan sehingga populasi ikan hias di alam bisa terjaga. Begitu juga dengan koordinasi lintas lembaga maupun kementerian kami gencarkan. Langkah ini tentunya terasa lebih ringan bila semua pihak bersinergi untuk tujuan yang sama, yakni mendorong majunya usaha perikanan hias dalam negeri yang tidak hanya fokus pada peningkatan ekonomi tapi juga keberlanjutan ekosistem.


Ditulis oleh

Menteri Kelautan dan Perikanan

Sakti Wahyu Trenggono



Simak Video "Risma-Trenggono Jadi Menteri, PDIP: Mereka Cukup Teruji"
[Gambas:Video 20detik]

Hide Ads